Tersandung Injil

Roma 9:1-33

Berita Injil menjadi batu sandungan bagi orang Yahudi, sebab mereka tidak bisa menerima bahwa: orang (siapapun dia–Yahudi atau non-Yahudi) dibenarkan bukan karena memiliki dan berusaha mentaati Hukum Tuhan, tetapi dibenarkan karena iman. Tidak hanya bagi orang Yahudi; tetapi semua agama di dunia ini tersadung pada perkara yang sama, karena semua agama mengajarkan bahwa keselamatan itu diperoleh melalui usaha manusia untuk memenuhi/mentaati tuntutan tertentu.

Paulus terus-menerus bersedih, sampai-sampai rela untuk terpisah dari Kristus, demi orang-orang Yahudi. Paulus sangat mengasihi dan menghargai bangsanya. Paulus tahu bahwa bangsa Yahudi itu istimewa di hadapan Tuhan: diadopsi sebagai umat Tuhan, melihat kemuliaan Tuhan, memiliki perjanjian dengan Tuhan, menerima hukum Tuhan, memiliki Bait Suci dengan segala ritualnya, memiliki janji-janji Tuhan, dan merupakan leluhur Kristus secara daging (ayat 1-5).

Paulus sendiri ditolak oleh kebanyakan orang Yahudi, karena ia dianggap sebagai pengkhianat agama Yahudi. Ia melayani orang-orang bukan Yahudi, mengajarkan bahwa keselamatan bukan karena melakukan Hukum Taurat. Bahkan orang-orang Yahudi berkali-kali berusaha untuk membunuhnya. Tetapi semua itu tidak membuat Paulus membenci bangsanya; Paulus mencintai bangsanya dan memperjuangkan keselamatan mereka. Pertanyaan yang ingin dijawab oleh Paulus adalah: apakah karya keselamatan Kristus yang diterima dengan iman itu berarti Allah mengingkari perjanjiannya dengan bangsa Yahudi (bangsa Israel).

Paulus menjelaskan bahwa pilihan Allah atas bangsa Israel itu tidak berubah. Paulus menunjukkan bahwa sejak awal Tuhan sudah menentukan pilihan: memilih Abraham, memilih Ishak ketimbang Ismael, memilih Yakub ketimbang Esau. Allah berdaulat memilih siapa yang akan menerima kemurahan dan belas kasihanNya (ayat 6-18). Pertanyaannya: Apakah ini berarti Allah tidak adil? Jawabannya adalah: manusia tidak punya kapasistas untuk menilai Allah–sebab Allah itu Pencipta, manusia itu ciptaan. Manusia murtahil memahami dengan sempurna pemikiran Allah (ayat 19-21).

Paulus berargumen bahwa tindakan pemilihan oleh Allah itu bagian dari rencanaNya yang agung bagi keselamatan seluruh umat manusia–tidak hanya orang Yahudi saja. Paulus mengutip kitab Hosea dan Yesaya yang menyatakan bahwa: (1) orang bukan Israel dipanggil menjadi umatNya; dan (2) tidak semua orang Israel diselamatkan. Karena dasar keselamatan/pembenaran bukanlah dari status atau ketaatan, tetapi iman. Persoalan orang Yahudi adalah: mereka tidak “mengejar” keselamatan dengan iman, tetapi dengan usaha mentaati hukum Tuhan (ayat 22-32).

Berbahagialah orang yang mendapat pencerahan dari Tuhan, sehingga mengerti kebenaran Injil dan percaya! Mereka yang beriman kepada Kristus tidak akan kecewa, sebab memang itulah jalan keselamatan yang satu-satunya! (ayat 33).

Views: 7

This entry was posted in Perjanjian Baru, Refleksi, Roma. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *