Bebas Dari Dilema Hidup

Roma 7:1-25

Bagi mereka yang mengetahui dan memiliki hukum Taurat, Paulus menjelaskan kebenaran bahwa pengetahuan dan kepemilikan itu tidak menolong seseorang untuk hidup benar. “Dan perintah yang seharusnya membawa kepada hidup, ternyata bagiku justru membawa kepada kematian.” (ayat 10). Justru oleh hukum itu, manusia mengenal dosa; dan hukum itu merangsang hawa nafsu dosa untuk bekerja dalam anggota tubuhnya,

Bagaimana hukum Taurat merangsang hawa nafsu dosa untuk bekerja dalam anggota tubuh orang yang masih hidup di dalam daging? (ayat 5). Manusia berdosa memiliki hati yang memberontak kepada Tuhan, sehingga ketika hukum Tuhan itu diberikan, reaksi yang muncul adalah: menolak hukum yang membatasi itu. Ketika ada aturan, respons alamiah orang berdosa adalah: ingin melawan aturan itu. Masalahnya bukan pada hukum Tuhan, tetapi pada hati manusia yang pemberontak.

Tetapi, bagi orang yang sudah dibebaskan dari kuasa dosa–yang berisi jiwa pemberontakan itu, ketaatan kepada Tuhan menjadi pelayanan “dalam keadaan baru menurut Roh” (ayat 6). Hukum Tuhan menjadi kesukaan dan perlindungan bagi hidupnya: “Ya, peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku, menjadi penasihat-penasihatku.” (Maz 119:24). Bagaimana seseorang bisa menggemari aturan/peringatan? Karena orang percaya telah diberi hati yang baru: “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.” (Yeh 36:26)

Paulus lebih jauh menjelaskan bahwa pengetahuan tentang Tuhan dan tentang hukum-hukum Tuhan itu tidak cukup bagi manusia untuk dapat mentaati Tuhan. Karena ketika manusia masih berdosa, sekalipun ia tahu hukum Tuhan, ia tahu bahwa hukum Tuhan itu baik, bahwa hukum Tuhan itu mulia, dan ia ingin untuk melakukannya; namun anggota-anggota tubuhnya tidak bisa melakukan ketaatan itu sebab masih diperhamba/ditawan oleh dosa yang melawan semua hukum Tuhan (ayat 9-23).

Seruan Paulus adalah seruan semua orang yang mengenal hukum Allah: “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” (ayat 24). Semakin mengenal hukum Allah, semakin putus asa, karena menyadari kenyataan bahwa tidak sanggup untuk mentaatinya! Akan tetapi, di dalam Kristus, orang percaya memperoleh kelepasan dari dilema hidup itu! “Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” (ayat 25).

Berdoalah agar semakin mengalami fakta kelepasan dari ikatan manusia lama yang membenci aturan dan peringatan, agar semakin bertumbuh di dalam hati gemar akan ketetapan Tuhan. Mintalah untuk makin bertumbuh  dalam cara pandang yang benar tentang ketetapan Tuhan; bahwa ketetapan Tuhan itu bukan pembatas, tetapi pelindung; bukan penindas, tetapi pembimbing; bukan racun, tetapi obat.

Views: 7

This entry was posted in Perjanjian Baru, Refleksi, Roma. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *