Kemerdekaan Sejati

Roma 8:1-17

Manusia punya konsepnya sendiri tentang merdeka, yaitu: bebas dari semua ikatan dan otoritas, sehingga hidup menurut kehendaknya sendiri. Betapa konsep itu sangat menyesatkan. Karena itu bukan kemerdekaan, tetapi justru berarti perbudakan: karena ketika hidup menuruti keinginannya sendiri–padahal keinginannya itu dikuasai dosa, maka ia berarti hidup di bawah otoritas dosa. Menjadi budak dosa! Kemerdekaan sejati adalah: bebas dari perbudakan dosa, untuk menjadi anak-anak Allah.

Roh telah memerdekakan mereka yang ada di dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. Mengapa demikian? Allah telah mengutus Kristus dalam daging untuk menjadi korban penghapus dosa; karya Kristus telah menggenapi semua tuntutan hukum Taurat. Karena itu, semua orang yang ada di dalam Kristus tidak lagi berada di bawah tuntutan hukum Taurat–mereka sudah merdeka (ayat 1-4)

Arti kemerdekaan itu adalah: mereka tidak lagi hidup menurut sifat dosa, tetapi menurut Roh. Pikiran mereka tidak lagi ditujukan kepada keinginan daging, tetapi kepada keinginan Roh, menghasilkan kehidupan dan damai sejahtera. Dengan demikian, sekarang mereka bisa tunduk kepada Tuhan–sesuatu yang mustahil dilakukan ketika belum merdeka; sekarang mereka bisa berkenan kepada Tuhan. Tubuh mereka sudah mati terhadap dosa, tetapi roh mereka hidup karena kebenaran (ayat 5-11)

Tidak hanya memerdekakan orang percaya dari hukum dosa, karya Roh Kudus juga menjadikan mereka anak-anak Allah. Mereka bukan lagi budak-budak dosa, melainkan diadopsi menjadi anak-anak Allah. Karya Roh Kudus memungkinkan mereka untuk menyebut Allah sebagai “Abba” (sebutan intim anak kepada bapaknya di rumah). Sebagai anak, mereka menjadi penerima warisan bersama Kristus (fellow heirs), menerima/mengalami semua yang dialami Kristus: penggenapan janji-janji Allah, penderitaan seperti Kristus, dan kemuliaan bersama Kristus (ayat 12-17).

Manusia tidak bisa 100% merdeka. Ia pasti–mau tidak mau–akan berada di bawah otoritas tertentu yang akan mengatur hidupnya. Dan pilihannya hanya ada dua: di bawah orotitas dosa atau di bawah otoritas Allah. Di bawah otoritas dosa (yang dikatakan “bebas mengikuti keinginan sendiri”): statusnya budak, hidupnya melanggar kebenaran Allah, dan buahnya kematian. Di bawah otoritas Allah: statusnya anak, hidup dalam kebenaran karena pimpinan Roh, buahnya kemuliaan bersama Kristus.

Penerapan
Berdoa agar memahami sungguh-sungguh bahwa hidup sebagai anak-anak Allah, di bawah otoritas Allah, dipimpin oleh Roh Kudus–bukanlah perbudakan, tetapi kemerdekaan! Ketika didorong untuk hidup taat mengikuti pimpinan Roh Kudus, itu adalah cara Allah untuk memberkati saya, agar saya mengalami janji-janjiNya, agar saya menerima kemuliaan bersama Anak-Nya.
Berdoa agar ketika masuk dalam situasi di mana saya dituntut untuk melakukan ketaatan, reaksi saya adalah bersyukur, karena itu berarti Tuhan sedang membuka jalan untuk diberkati dan mengalami kuasaNya.

Views: 8

This entry was posted in Perjanjian Baru, Refleksi, Roma. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *