Kejatuhan Yang Sudah Diramalkan

Yohanes 13:31-38

Setelah Yudas pergi, Tuhan Yesus memberikan pengajaran/pesan terakhir kepada 11 murid yang tinggal. Mereka yang sudah sungguh percaya kepada-Nya, mereka yang sudah menerima keselamatan dari-Nya. Ini benar-benar pesan terakhir, karena Tuhan Yesus mengawali dengan pernyataan bahwa sebentar lagi, Ia harus pergi, dan murid-murid tidak bisa menyertai-Nya.

Perintah baru kepada murid-murid-Nya: supaya mereka saling mengasihi, sama seperti Tuhan Yesus telah mengasihi mereka. Kasih yang Illahi itu yang akan menjadi tanda yang khas, yang membedakan mereka dari orang lain, yang menjadi identitas mereka sebagai murid Kristus.

Pikiran Petrus agaknya lebih fokus kepada pernyataan Tuhan Yesus tentang kepergian-Nya. Petrus dan murid-murid yang lain agaknya belum juga mengerti bahwa yang dimaksud Tuhan Yesus adalah: kematian-Nya. Dalam ketidakmengertian itu, Petrus menyatakan komitmen akan menyerahkan nyawanya bagi Tuhan Yesus. Ah, komitmen tanpa pemahaman–dorongan hati yang meluap tanpa kesadaran penuh. Betapa sering saya melakukannya!

Tuhan Yesus meletakkan kain basah ke atas api semangat Petrus itu dengan pertanyaan retoris yang terkesan menyangsikan: karena Tuhan Yesus kemudian menubuatkan bahwa dalam waktu yang sangat dekat (sebelum ayam berkokok), Petrus akan menyangkal Tuhan Yesus tiga kali! Tuhan Yesus mengerti isi hati Petrus, mengerti ketulusan dan semangatnya, tetapi Tuhan Yesus juga melihat realitas kelemahan Petrus.

Dalam catatan Lukas (22:31-32), Tuhan Yesus menyatakan bahwa Iblis menuntut untuk menampi Petrus seperti gandum. Tuhan Yesus tahu bahwa Petrus akan jatuh, tetapi Ia telah mendoakan agar kejatuhan itu tidak membuat iman Petrus gugur. Dan Petrus diberi pesan, apabila sudah insyaf, ia diperintahkan untuk menguatkan saudara-saudaranya.

1. Kejatuhan dalam dosa atau kegagalan tidak selalu membawa kepada keguguran iman. Tuhan sudah tahu bahwa orang percaya bisa–bahkan akan jatuh. Tetapi kejatuhan itu tidak harus berujung kepada kehilangan iman.
2. Kontras antara Yudas dan Petrus. Keduanya jatuh dalam hal pengkhianatan kepada Tuhan Yesus, tetapi akhir ceritanya berbeda. Yudas makin terpuruk dan akhirnya habis total, sedangkan Petrus bertobat dan bangkit kembali.
3. Apa bedanya? Yudas dengan eksplisit sudah disebut sebagai “tidak sunggung-sungguh percaya”, sedangkan Petrus sudah percaya dan sudah “dimandikan” secara menyeluruh–fakrot kelahiran baru/keselamatan.
4. Apa bedanya? Tuhan Yesus mendoakan Petrus agar kejatuhannya tidak membuat imannya gugur. Sementara tidak ada catatan bahwa Yudas didoakan–karena Yuidas memang belum percaya? Sehingga tidak ada iman yang bisa diperjuangkan.

Views: 7

This entry was posted in Perjanjian Baru, Refleksi, Yohanes. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *