Ezra 6:16-18
Ukuran kemuliaan sebuah pekerjaan bagi Tuhan tidak ditentukan oleh kehebatannya secara fisik atau lahiriah: banyaknya orang, megahnya bangunan, bagusnya ritual, dan jumlah persembahan–itu semua perkara lahiriah yang dilihat manusia. Tuhan melihat apa yang di dalam: bagaimana hati dan hidup orang yang melakukannya. Pekerjaan itu dipandang mulia dan bernilai di mata Tuhan ketika dikerjakan sesuai dengan kebenaran firman Tuhan dan oleh orang yang hidupnya kudus.
Umat TUHAN yang pulang dari pembuangan merayakan pentahbisan Rumah Allah dengan sukacita. Mereka mempersembahkan 100 lembu jantan, 200 domba jantan, 400 anak domba, dan 12 kambing jantan untuk korban penghapus dosa (ayat 16-17). Kalau dibandingkan dengan pentahbisan Bait Allah Salomo: 22.000 lembu, 120.000 kambing domba (1 Raj. 8:63), betapa kecilnya persembahan umat TUHAN yang pulang ini!
Tetapi, TUHAN tidak melihat berdasar perhitungan manusia/dunia: “Who of you is left who saw this house in its former glory? How does it look to you now? Does it not seem to you like nothing? … The glory of this present house will be greater than the glory of the former house,” (Hag. 1:3,9). TUHAN menyatakan bahwa–sekalipun Bait Allah yang dibangun ini tidak ada apa-apanya dibandingkan zaman Salomo, tetapi kemuliaannya (kabod: kehormatan, kemuliaan, kemegahan, kekayaan–bobot/nilai) akan lebih besar daripada Bait Allah sebelumnya.
Bagi Tuhan, bobot atau nilai sebuah pekerjaan tidak ditentukan oleh aspek-aspek yang lahiriah: bangunan fisik, jumlah orang, banyaknya uang/dana, benyaknya persembahan. Bobot/nilai sebuah pekerjaan ditentukan oleh perkenanan Tuhan atasnya. Tuhan tidak disenangkan oleh perkara-perkara lahiriah–tidak seperti manusia yang silau atau terpana dengan gebyar fisik–sebab Tuhan melihat esensi yang ada di dalam: penyembahan, kesungguhan, kesetiaan, kekudusan, kecintaan.
Salah satu jenis persembahan yang dilakukan pada pentahbisan adalah: 12 ekor kambing jantan sebagai korban penebusan dosa “menurut bilangan suku Israel” (ayat 17). Sekalipun yang pulang dari pembuangan dan membangun Bait Allah ini adalah 2 suku dari bekas Kerajaan Yehuda, yaitu suku Yehuda dan Benyamin, namun Bait Allah ini diperuntukkan untuk seluruh suku Israel. Simbol pengakuan dosa dan permohonan pengampunan dosa untuk seluruh umat Israel.
Mereka juga menenpatkan para umam dan orang Lewi untuk melakukan ibadah kepada TUHAN “sesuai dengan yang ada tertulis dalam kitab Musa” (ayat 18). Agaknya, ini yang menjadi kunci perkenanan Tuhan. Bukan masalah kemegahan fisik bangunan, kemeriahan upacara, atau banyaknya persembahan; tetapi apakah pekerjaan untuk Tuhan itu dilakukan sesuai dengan firman Tuhan! Karena sekalipun pekerjaan itu untuk Tuhan–misalnya ibadah–ketika seorang najis melakukannya, maka semua pekerjaan itu menjadi najis (Hag. 2:14).
Penerapan:
Bersyukur untuk peneguhan ini: saya tidak perlu kecil hati apabila sekarang “hanya” mengerjakan perkara yang kecil; sebab Tuhan mementingkan bagaimana saya mengerjakannya: di dalam kekudusan hidup dan ketaatan kepada firman Tuhan.
Views: 5