Tuhan Yang Hamba

Yohanes 13:1-17

Sebelum hari raya Paskah mulai. Tuhan Yesus sudah tahu bahwa waktunya sudah tiba bagiNya untuk meninggalkan dunia dan kembali kepada Bapa. Tuhan Yesus, yang tahu bahwa Bapa sudah menyerahkan segala sesuatu ke dalam tanganNya, dan bahwa Ia berasal dari Bapa dan akan kembali kepada Bapa, bangun, melepas jubahnya, mengikatkan kain di pinggang, menuang air ke dalam wadah, dan mulai membasuh dan menyeka kaki murid-muridNya.

Alasan Tuhan Yesus melakukan hal itu: (1) ekspresi kasihNya kepada murid-murdiNya (ayat 1); (2) memberi teladan kepada murid-muridNya untuk melakukan hal yang sama: bersikap sebagai hamba yang melayani orang lain–sekalipun memiliki posisi, tetap menempatkan diri sebagai hamba/budak yang melayani orang lain (ayat 13-17). Tuhan Yesus memerintahkan agar murid-murid melakukan hal yang sama, sebab sebagai murid, mereka tidak lebih tinggi daripada Guru dan Tuan mereka (ayat 16).

Dasar/alasan sikap sebagai hamba: kesadaran akan relasi seseorang dengan Tuhan, relasi dalam hal (1) kedudukan/posisi orang percaya itu sangat aman, ia tidak perlu mencari penghargaan/penerimaan dunia, karena Tuhan sudah mengasihi, menghargai, dan menerimanya; (2) orang percaya adalah murid yang harus meneladani Guru-nya; (3) ada janji berkat/kebahagiaan ketika menjadi hamba bagi orang lain (ayat 17).

Petrus menolak dengan sangat keras ketika Tuhan Yesus akan membasuh kakinya. Karena Petrus tidak tahu apa makna dari tindakan Tuhan Yesus (ayat 7). Petrus memandang bahwa tindakan Tuhan Yesus itu tidak bisa diterima. Dan Petrus menolaknya. Tetapi, Tuhan Yesus berkata bahwa kalau Ia tidak membasuh kaki Petrus, maka Petrus tidak akan mendapat bagian bersama Tuhan Yesus (ayat 8). Mendengar hal itu, Petrus minta tidak hanya kakinya, tapi tangan dan kepalanya–ia sangat ingin mendapat bagian bersama Tuhan Yesus (ayat 9).

Tuhan Yesus mengajar prinsip hidup sebagai orang percaya. Seseorang yang sudah percaya, berarti sudah mengalami pembersihan secara total. Ia tidak lagi perlu untuk dibersihkan/dibasuh seluruh tubuhnya. Keselamatan dan penebusan dosa itu sekali untuk selamanya. Tetapi, orang percaya perlu terus-menerus dibasuh kakinya (ayat 10). Warren Wiersbe menafsirkan bagian ini dengan: “as the believer walks in this world, it is easy to become defiled. He does not need to be bathed all over again; he simply needs to have that defilement cleansed away.”

Pembasuhan kaki setiap hari, pentahiran hidup setiap hari, dari noda dosa dan kecemaran dunia. Kalau tidak, maka dosa dan cemar itu akan menghalangi persekutuan dengan Tuhan. “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yoh. 1:9).

Penerapan:
1. Mendoakan agar bisa rela hidup sebagai hamba melayani orang lain
2. Setiap hari mengaku dosa agar mengalami pembersihan oleh Tuhan

Views: 7

This entry was posted in Perjanjian Baru, Refleksi, Yohanes. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *