Yohanes 11:17-45
Ketika Yesus tiba di Betania, Lazarus sudah empat hari dikubur. Yesus mengambil resiko besar untuk datang ke situ, sebab Betania hanya berjarak 2 mil dari Yerusalem. Banyak orang Yahudi datang untuk menghibur Marta dan Maria–beberapa orang Yahudi nanti melaporkan peristiwa itu kepada orang Farisi (ayat 46).
Marta mendengar kedatangan Yesus, maka ia pergi untuk menemui-Nya. Ada nada penyesalan dalam ucapan Marta: kalau Yesus kemarin hadir, pasti Lazarus tidak akan mati. Sekalipun demikian, Marta tetap percaya kepada-Nya. Sejak mengirim kabar kepada Yesus, mestinya Marta dan Maria menunggu-nunggu kehadiran-Nya. Tetapi Ia tidak datang.
Dan Lazarus mati. Bagaimana perasaan kedua perempuan itu? Harapan dan penantian mereka akan pertolongan Tuhan tidak mendapat jawaban. Marta tidak goyah imannya: ia tetap percaya bahwa Yesus berkuasa. Kematian Lazarus bukan karena Yesus tidak mampu menyembuhkan. Tidak dicatat apa rasionalisasi Marta untuk menolong dirinya menerima kenyataan bahwa Yesus tidak hadir, dan tidak menyembuhkan Lazarus.
Tuhan memang punya rencana khusus dengan sengaja membiarkan lazarus mati. Tuhan tahu apa yang akan dikerjakan-Nya. Tetapi Marta tidak tahu rencana itu. Meskipun demikian, Marta tetap percaya kepada Tuhan. Maria percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang telah datang ke dunia. Dan maria percaya bahwa di dalam Yesus, Lazarus akan dibangkitkan di hari akhir.
Marta lalu memanggil Maria. Ketika bertemu Yesus, Maria tersungkur di kaki-Nya dan menangis. Melihat tangisan Maria dan orang-orang yang datang bersama Maria, roh Yesus sangat tergerak dan hati-Nya bergejolak dengan kegusaran/kemarahan. Tuhan adalah Pribadi yang sensitif–Ia bukan Penguasa yang dingin melihat hidup umat-Nya; hatinya bergejolak melihat penderitaan manusia.
Ketika Yesus sampai di kubur Lazarus, Ia menangis. Bukan tangisan yang bersuara keras, tetapi Ia meneteskan air mata dalam diam–silent cry. Mengapa Ia menangis? Karena Lazarus, sahabat-Nya itu, mati? Mestinya tidak, karena Yesus sudah tahu bahwa Lazarus sudah mati. Kembali hati Yesus bergejolak dengan kegusaran/amarah. Tuhan gusar, hati-Nya bergejolak melihat bagaimana dosa merusak hidup manusia.
Yesus memerintahkan agar batu penutup kubur itu dibuka. Marta berusaha mencegah sebab pasti akan berbau busuk karena sudah mati selama emapt hari. Yesus berkata kepada Marta: “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?” (ayat 40). Iman itu berarti percaya kepada Tuhan, sekalipun tindakan-Nya tidak bisa dipahami/diterima akal manusia.
Yesus, secara terang-terangan mendemonstrasikan relasi-Nya dengan Bapa. Di depan orang banyak, Yesus berdoa secara terbuka kepada Bapa-Nya, supaya semua orang tahu bahwa Tuhan benar-benar telah mengutus Dia. Dengan suara keras, Yesus memanggil nama Lazarus, dan memerintahkannya untuk keluar dari kubur. Lazarus–yang sudah mati itu–datang keluar! Suara Tuhan Yesus menghidupkannya.
Banyak orang-orang Yahudi yang datang melawat dan yang melihat apa yang telah diperbuat Yesus, menjadi percaya klepada-Nya! Tuhan dimuliakan! Orang melihat kuasa Tuhan dan menjadi percaya! Marta dan Maria, yang sudah beriman kepada Yesus, menjadi semakin kokoh iman mereka kepada-Nya.
Tuhan bukan Penguasa yang dingin dan tanpa perasaan. Hati Tuhan bergejolak melihat penderitaan umat-Nya. Ia berempati, Ia meneteskan air mata, dan Ia bertindak di dalam penderitaan umat-Nya. Menyatakan kemuliaan-Nya, membangun iman umat-Nya. Ia berkuasa menolong, dengan cara yang tidak bisa dipahami dengan akal manusia. Kuasa-Nya terlalu besar dibandingkan penderitaan dan kesusahan umat-Nya.
Views: 7