Hukum dan Mezbah

Keluaran 20:1-26

Tuhan menyatakan kehadiranNya dan berbicara langsung kepada bangsa Israel. “Kamu sendiri telah menyaksikan, bahwa Aku berbicara dengan kamu dari langit” (20:22). Mengalami manifestasi kehadiran Tuhan, bangsa Israel menjadi takut dan gemetar. Tetapi Musa tidak takut. “Adapun bangsa itu berdiri jauh-jauh, tetapi Musa pergi mendekati embun yang kelam di mana Allah ada.” (20:21). Relasi pribadi dengan Tuhan menentukan sikap dan tangapan kepada Tuhan.

Pengenalan dan hubungan pribadi seseorang dengan Tuhan menjadi faktor pembeda. Bagi mereka yang tidak punya relasi dan pengenalan yang karib, yang ada adalah: ketakutan, ketidakmengertian, kebingungan, kecurigaan, ketidakpercayaan. Tuhan menjadi Pribadi yang menakutkan dan misterius–dalam arti negatif, dan membuat orang takut dan menjauh.

Tuhan ada di dalam kekelaman. Ia bertakhta di dalam guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap! Tuhan yang dahsyat dan menakutkan. Ia menyatakan kedahsyatanNya dengan maksud supaya takut akan Dia ada pada umatNya, sehingga jangan berbuat dosa. Tetapi, Tuhan juga yang memerintahkan pendirian mezbah untuk membawa korban bakaran dan korban keselamatan, agar Ia datang kepada umatNya dan memberkati.

Terpujilah Tuhan yang menyatakan kedahsyatanNya, ketegasanNyam dan keadilanNya. Ia tidak ragu untuk menghukum orang yang berdosa. Ia tidak segan menghajar anak-anakNya yang hidup tidak benar. Ia menanamkan rasa takut, bukan untuk ditakuti, tetapi untuk menjaga agar umatNya tidak berbuat dosa. “Janganlah takut, sebab Allah telah datang dengan maksud untuk mencoba kamu dan dengan maksud supaya takut akan Dia ada padamu, agar kamu jangan berbuat dosa.” (20:20).

Terpujilah Tuhan, yang mengasihi dan mengampuni umatNya. Ia yang memberikan hukum tetapi sekaligus memerintahkan membangun mezbah pendamaian. Tuhan yang menyediakan jalan masuk ke hadiratNya melalui karya keselamatan Yesus Kristus. “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” (Ibr 4:16).

Views: 7

This entry was posted in Keluaran, Perjanjian Lama, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *