Mencobai Tuhan

Keluaran 17:1-7

“All the congregation of the Israelites moved on from the Wilderness of Sin by stages, according to the commandment of the Lord” (17:1 AMP). Tuhan memimpin perjalanan umatNya dengan teratur: setahap demi setahap sesuai perintah Tuhan. Tiang awan dan tiang api menjadi media Tuhan memerintah: kapan harus berangkat, kapan harus berhenti (Kel 13:21). Pimpinan Tuhan yang sangat jelas dalam perjalanan umatNya.

Perjalanan yang mengikuti pimpinan Tuhan tidak selalu enak–ada waktunya Tuhan mengijinkan, atau membawa mereka, ke dalam situasi yang sulit. Di Rafidim, Tuhan memerintahkan untuk berkemah; tetapi tidak ada air untuk diminum. Lalu bangsa Israel mulai bertengkar dengan Musa; mereka mengeluh dan menyalahkan Musa. Musa mengatakan bahwa sikap ini adalah mencobai Tuhan: “Why do you tempt the Lord and try His patience?” (17:2 AMP).

Mengapa protes dan gerutuan umat Tuhan itu dipandang sebagai sikap mencobai Tuhan atau menguji kesabaran Tuhan? Pertama, sikap itu menunjukkan mereka tidak punya rasa terima kasih kepada Tuhan: “Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami …” (17:3). Kedua, itu mencerminkan bahwa mereka tidak percaya kepada Tuhan: “Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?” (17:7).

Tuhan begitu sabar kepada umatNya. Ketika Musa berseru kepada Tuhan di dalam kesesasakannya, Tuhan menjawab. Tuhan memerintahkan Musa berjalan di depan bangsa itu dan mengajak beberapa tua-tua Israel. Tuhan memerintahkan Musa untuk memukul gunung batu dengan tongkatnya, tongkat yang digunakan untuk memukul sungai Nil. Maka keluarlah air dari gunung batu untuk memberi minum seluruh bangsa Israel.

Tak ada yang ajaib atau khusus dengan tongkat Musa; itu tongkat yang terbuat dari kayu biasa; itu tongkat yang biasa dipakai Musa ketika ia menjadi gembala di Median. “TUHAN berfirman kepadanya: ‘Apakah yang di tanganmu itu?’ Jawab Musa: ‘Tongkat.'” (Kel 4:2). Yang membuatnya istimewa adalah: Tuhan memakainya sebagai alat menyatakan kuasaNya! Bukan tongkatnya, tetapi Tuhan! Bukan alatnya, tetapi Sang Pemakai!

Bergantunglah kepada Tuhan, bukan kepada cara atau metode atau sistem. Jangan berpikir bahwa ada cara yang paling bagus atau manjur, yang memberi jaminan pencapaian tujuan. Lihat apa yang dilakukan Tuhan dengan tongkat kayu itu! Menjadi ular, memukul sungai Nil menjadi darah, membelah Laut Merah, memukul gunung batu untuk memancarkan air, menjadi panji-panji kemenangan perang!

Apakah yang ada di tanganmu itu? Cara atau metode apa yang kaumiliki sekarang? Apapun itu, serahkanlah kepada Tuhan untuk dipakaiNya. Pandanglah kepada Tuhan dengan KemahakuasanNya, jangan memandang kelebihan dari cara atau metode yang kaumiliki. Sebab kalau Tuhan tidak memberkati, maka cara atau metode apapun tidak akan menghasilkan! “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya” (Maz 127:1).

Views: 8

This entry was posted in Keluaran, Perjanjian Lama, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *