Hati yang Beriman

Kejadian 50:1-26

Yakub pergi meninggalkan Kanaan dalam kesepian dan kekurangan “Aku membawa hanya tongkatku ini waktu aku menyeberangi sungai Yordan ini” (Kej 32:10). Yakub kembali ke Kanaan di dalam kemuliaan. Diperlakukan sebagaimana layaknya seorang pangeran atau pembesar. Diiringi oleh rombongan kerajaan, rombongan yang sangat besar. Gambaran kemuliaan yang akan diterima oleh orang-orang yang beriman kepada Tuhan.

Sepeninggal Yakub, saudara-saudara Yusuf menjadi kuatir kalau-kalau Yusuf akan membalas dendam kepada mereka. Mereka takut pengampunan Yusuf tidak tulus, dan hanya untuk menenteramkan hati Yakub. Maka mereka kembali membuat taktik untuk menyelamatkan diri: mencatut nama Yakub untuk meminta jaminan pengampunan dari Yusuf.

Anak-anak Yakub ini belum juga berubah. Sekalipun sudah lanjut usia mereka. Sekalipun sudah melihat dan mengalami bergitu banyak peristiwa. Hati mereka masih sama: masih berpusat kepada manusia/kedagingan. Berbeda dengan Yusuf, yang berpusat kepada Tuhan, kepada otoritas dan kedaulatan Tuhan yang mengatur segala sasuatu.

Menjelang kematiannya, Yusuf kembali mengingatkan saudara-saudaranya kepada perjanjian Tuhan: Tuhan akan membawa mereka ke negeri yang telah dijanjikan-Nya, yaitu Kanaan. Yusuf memegang perjanjian Tuhan dengan Abraham, Ishak, dan Yakub. Sehingga ia meminta agar kelak tulang-tulangnya juga dibawa pulang kembali ke Kanaan.

Yakub dan Yusuf adalah potret orang-orang yang memiliki janji Tuhan, dan berjuang untuk hidup di dalam janji itu. Perjalanan hidup mereka penuh dengan pergumulan–baik karena kesalahan mereka atau karena keadaan yang diijinkan terjadi atas mereka. Namun, iman mereka tidak pernah goyah. Mereka tetap mengingat, berpegang, dan menaruh pandangan serta harapan mereka kepada janji Tuhan.

Hati yang percaya kepada Tuhan. Hati yang memegang janji Tuhan. Hati yang tulus dan ingin untuk hidup di dalam kehendak Tuhan. Itu yang terpenting. Lebih penting daripada perjalanan hidup yang mulus. Leih penting daripada kesuksesan dunia. Hati yang beriman, hati yang melekat, hati yang terus terarah kepada Tuhan.

Views: 6

This entry was posted in Kejadian, Perjanjian Lama, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *