Sikap Penguasa Yang Baik

Kejadian 45:1-28

Kalau Tuhan memberi kesempatan kepada orang beriman untuk berada di suatu posisi tertentu, dengan otoritas, kekuasaan dan hak-hak yang melebihi orang-orang lain; apa yang akan dilakukan saat ada orang yang datang dengan hidup dibebani masalah dan persoalan? Apa sikap dan tindakannya ketika orang yang datang itu bukan orang yang baik, tetapi orang yang telah melakukan kesalahan, bahkan kesalahan atau kejahatan kepada orang beriman tadi?

Ketika Yusuf membuka siapa dirinya, saudara-saudaranya mengalami kejutan yang luar biasa. “Tetapi saudara-saudaranya tidak dapat menjawabnya, sebab mereka takut dan gemetar menghadapi dia” (45:3b). Betapa campur aduk pikiran dan perasaan mereka! Mula-mula mereka sangat ketakutan karena merasa tidak ada jalan keluar dari masalah mereka dengan penguasa Mesir itu. Kemudian tiba-tiba Yusuf menyatakan diri. Mereka pasti kaget, tidak percaya. Dan ketika mereka melihat/mengenali Yusuf, bisa jadi perasaan yang muncul adalah: ketakutan kalau Yusuf akan membalas kejahatan mereka.

Yusuf menenangkan hati saudara-saudaranya: (1) ia tidak mendendam atas perbuatan mereka menjual dia; (2) Yusuf meyakinkan mereka bahwa itu cara Tuhan untuk memelihara keluarga Yakub; (3) ia menyuruh mereka semua pindah ke Mesir, untuk menikmati pemeliharaan Tuhan melalui Yusuf; (4) Yusuf meyakinkan mereka dengan sikapnya yang tulus dengan memeluk saudara-saudaranya dan menangis menunjukkan kebahagiaan karena bisa bertemu mereka. “Setelah itu, barulah saudara-saudaranya bercakap-cakap dengan dia” (45:15b)

Ketika ada orang yang datang kepadamu dengan kondisi sedih, bingung, putus asa, dan ketakutan karena masalah yang sedang dihadapinya. Bagaimana sikapmu? Apakah kamu bersikap seperti Yusuf, yang menenteramkan, menguatkan, dan memberi harapan? Ataukah kamu bersikap biasa, tidak menunjukkan kepedulian atau perhatian atau empati? Ataukah justru kamu menambah beban orang itu dengan sikapmu yang tidak ramah, menghakimi dan menekan?

Kalau Tuhan mengijinkanmu menempati posisi atau kedudukan tertentu, yang memberimu otoritas, kekuasaan, wewenang dan hak-hak yang bisa “menentukan nasib” orang lain; jadilah seperti Yusuf: penguasa yang welas asih, yang penuh belas kasihan, yang tidak kejam atau menindas, tetapi yang menghibur, memberi harapan, dan memberi pertolongan.

Yusuf tidak hanya mengampuni, menghibur dan memberi harapan, tetapi ia melakukan tindakan nyata: membawa keluarganya kepada Firaun, sehingga Firaun memberikan fasilitas-fasilitas bagi keluarga Yusuf: menerima keluarga Yusuf untuk tinggal di Mesir, untuk menghadap Firaun, untuk mendapat tanah yang terbaik. Firaun bahkan menyediakan sarana transportasi untuk mengangkut keluarga Yusuf pindah dari Kanaan ke Mesir.

Yusuf bisa melakukan itu karena: kesadaran bahwa ia ada di posisi itu karena Tuhan yang menempatkannya, untuk menjadi penyelamat bagi keluarganya! Kalau cara pandang Yusuf tentang kedudukannya itu berbeda, pasti sikapnya akan sangat berbeda. Kalau Yusuf memandang kedudukannya itu sebagai hasil usahanya sendiri, dan merupakan alat untuk mencapai kepentingannya sendiri; pasti sikap dan tindakannya akan berbeda, bahkan berlawanan.

Views: 7

This entry was posted in Kejadian, Perjanjian Lama, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *