Kepastian di dalam Tuhan

Kejadian 11:10-13:4

Abraham dipanggil untuk meninggalkan negerinya, keluarganya, dan rumah bapanya ke negeri yang akan ditunjukkan Tuhan kepadanya. Abraham melepaskan negeri, keluarga, dan rumah bapanya (hak waris)–sesuatu yang saat itu sudah dimiliki, dan sudah jelas eksistensinya, dan pergi sebagai pengembara yang tidak jelas mau ke mana.

Menyerahkan hal-hal yang sudah jelas/pasti secara dunia, untuk menjalani kehidupan yang belum pasti/jelas secara dunia, namun pasti di hadapan Tuhan, karena Tuhan sendiri yang menjanjikannya: menjadi bangsa yang besar, diberkati Tuhan, namanya menjadi masyhur, dan menjadi berkat bagi semua bangsa di bumi. Ketika Abraham tiba di Kanaan, Tuhan meneguhkan dan memperjelas janjiNya, bahwa negeri yang dimaksud Tuhan adalah tanah Kanaan.

Abraham mendirikan altar/mezbah bagi Tuhan dan memanggil nama Tuhan. Tidak dijelaskan ritual macam apa yang dilakukan oleh Abraham dalam menyembah Tuhan. Tetapi yang terpenting adalah: Abraham terbiasa untuk mendirikan mezbah unruk menyembah Tuhan di sepanjang perjalanannya sebagai pengembara di tanah Kanaan.

Abraham mengalami masa yang sulit ketika terjadi kelaparan hebat di Kanaan. Ia harus mengungsi ke Mesir, dan di dalam ketakutannya, ia minta agar Sarai berbohong kepada Firaun. Namun, Tuhan melindungi Abraham dan menimpakan tulah kepada Firaun dan sisi istananya. Tuhan setia kepada janjiNya, sekalipun Abraham goyah imannya. Manusia berubah-ubah, tetapi Tuhan itu tetap setia.

Ap ayang jelas/pasti di dunia ini ternyata sangat rapuh. Bisa hilang dan berubah dalam sekejap mata. Situasi dan kondisi bisa berganti dengan sangat cepat, tak terduga, dan ekstrem–sehingga sebenarnya justru tidak pasti dan tidak bisa dipegang. Di dunia ini, yang tidak berubah adalah perubahan itu sendiri.

Tetapi, Tuhan itu tetap, Tuhan itu kekal, Tuhan itu tidak berubah. JanjiNya tetap, firmanNya kekal, rencanaNya tidak akan gagal. Dengan demikian, memegang janji Tuhan dan mentaati kehendak/rencana Tuhan adalah keputusan yang paling baik dan paling waras. Sewaras orang yang membangun rumah di atas batu karang yang kokoh!

Views: 6

This entry was posted in Kejadian, Perjanjian Lama, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *