Waspada terhadap Kekuatiran

Lukas 12:22-34

Menyambung peringatan tentang ketamakan, Tuhan Yesus berbicara mengenai kekuatiran. Tuhan Yesus menggunakan gambaran yang digunakan dalam peringatan mengenai ketamakan (lumbung, harta di sorga) untuk menjelaskan masalah kekuatiran. Agaknya ketamakan dan kekuatiran merupakan dua kondisi yang berhubungan erat. Kekuatiran dapat menjadi titik awal yang akhirnya menjadi ketamakan.

Inti pengajaran Tuhan Yesus: jangan kuatir tentang pemenuhan kebutuhan hidup (makanan dan pakaian). Makanan mewakili kebutuhan untuk mempertahankan hidup, pakaian mewakili kebutuhan untuk mempertahankan martabat (dignity) sebagai manusia. Ada beberapa alasan mengapa umat Tuhan tidak boleh kuatir.

Pertama, hidup itu lebih daripada sekedar masalah makanan atau pakaian. Makanan dan pakaian hanyalah sarana untuk hidup, tetapi bukan esensi hidup itu sendiri. Ketika seseorang hanya kuatir/memusingkan sarana, ia bisa kehilangan fokus kepada makna/esensi hidup yang sebenarnya. Esensi hidup orang beriman adalah: mencari Kerajaan Allah (ay. 31); atau dalam baha Paulus: melakukan pekerjaan baik yang sudah disiapkan Tuhan sebelumnya (Efesus 2:10).

Kedua, Tuhan berjanji untuk menjamin kehidupan anak-anakNya. Kelangsungan hidup orang beriman tidak tergantung/ditentukan oleh usaha atau jerih-payahnya sendiri, melainkan ada di tangan Allah Bapa yang mengasihi, memperhatikan, dan memenuhi semua keperluan anak-anakNya. Orang percaya cukup meminta kepada Tuhan, maka Ia akan memberi.

Ketiga, kekuatiran tidak menghasilkan apa-apa. Kekuatiran tidak menambah umur, kekuatiran tidak mengubah nasib. Kekuatiran tidak membuat masalah selesai atau kebutuhan terpenuhi. Iman yang membuat masalah selesai, iman yang membuat sesuatu terjadi, iman yang membuat kebutuhan terpenuhi.

Perwujudan dari hidup yang bebas dari kekuatiran adalah: (1) mencari Kerajaan Allah: fokus kepada usaha untuk mengerti kehendak Allah dan melakukan kehendak Allah itu; (2) beriman: menyerahkan pemenuhan kebutuhan kepada Tuhan, meminta semua keperluan dan percaya Tuhan akan memenuhinya; (3) menyimpan harta di sorga: membagi-bagikan kelebihan berkat kepada orang lain, bukan menyimpan untuk keamanan diri sendiri.

Views: 7

This entry was posted in Lukas, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *