Ketika Agenda Pribadi Harus Dilepaskan

Lukas 9:7-17

Ciri kehidupan seorang pelayan sejati: orientasi kepada orang lain. Seringkali itu berarti seorang pelayan harus siap dan rela untuk mengesampingkan kebutuhan dan kepentingannya demi melayani kebutuhan orang lain. Seringkali seorang pelayan harus merelakan rencana dan agenda pribadinya berubah atau dibatalkan demi kepentingan orang lain.

Tuhan Yesus memiliki agenda khusus dengan 12 Murid: menyingkir dari keramaian setelah 12 Murid selesai menjalankan misi pelayanan mereka ke berbagai tempat. Tuhan Yesus tahu, 12 Murid memerlukan waktu untuk beristirahat (Markus 6:31). Ia tidak meminta mereka terus-menerus bekerja; Ia tahu bahwa keseimbangan antara bekerja dan istirahat harus dijaga.

Tetapi, ketika tanpa direncanakan, datang orang-orang dengan kebutuhan mereka, Tuhan Yesus mengesampingkan waktu istirahat untuk melayani mereka. Meihat orang banyak yang datang itu, tergeraklah hati Tuhan Yesus dengan belas kasihan (Matius 14:14). Hati yang berbelas kasihan tidak bisa membiarkan orang yang datang untuk tidak dilayani.

Lalu bagaimana ketika beban pelayanan itu melampauai kapasitas normal seorang pelayan? Bagaimana 5 roti dan 2 ikan bisa memenuhi kebutuhan 5.000 orang laki-laki? Tuhan Yesus mengambil 5 roti dan 2 ikan, menengadah ke langit, mengucapkan berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya untuk dibagi-bagikan kepada orang banyak. Mereka semua makan sampai kenyang, sisa potongan roti terkumpul 12 bakul!

***

Kebutuhan saya yang terbesar adalah: hati seorang pelayan. Hati yang berbelas kasihan kepada orang lain, hati yang mengutamakan kebutuhan orang lain, hati yang rela berkorban bagi orang lain, siap untuk mengesampingkan agenda/kepentingan saya ketika kebutuhan orang lain diijinkan datang ke hadapan saya.

Saya sadar akan ada kemungkinan overload pekerjaan. Saya sadar orang bisa memanfaatkan dan mengekspoitasi kemurahan hati saya. Saya sadar bahwa akan ada pekerjaan-pekerjaan yang melampaui kapasitas normal saya. Namun, kalau saya melakukan dengan hati melayani yang tulus, saya bisa berharap kepada kuasa Tuhan untuk memampukan saya menanggung semuanya.

Views: 7

This entry was posted in Lukas, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *