Persiapan Seorang Pemimpin

Lukas 3:23-4:13

Tantangan bagi umat Tuhan dan gereja Tuhan adalah: memiliki cara pandang yang benar atas proses persiapan pelayanan dan kepemimpinan. Pelayanan dan/atau kepemimpinan adalah masalah serius; yang harus disiapkan dengan serius pula. Tidak boleh sembrono; tidak asal comot, tidak asal tunjuk, tidak asal pilih, dan tidak asal utus atau lantik. Bila kesembronoan dan asal-asalan yang dilakukan, maka justru para pelayan dan para pemimpin sembarangan itulah yang menjadi sumber masalah bagi umat Tuhan.

Ketika telah tiba waktunya, Yesus memulai pekerjaan-Nya sebagai Mesias. Tidak nampak ketergesa-gesaan, tidak ada kesan kegelisahan dan ketidaksabaran untuk memulai. Allah berkuasa atas waktu dan jalannya sejarah–Ia tidak pernah terlambat, He is always in control. Dan itu adalah bukti akan kekekalan-Nya, kedaulatan-Nya, dan kekuasaan-Nya.

Ada persiapan-persiapan dan tahap-tahap yang harus dilewati untuk menggenapi karya keselamatan Mesias. Setiap tahap diperlukan, setiap proses memiliki kontribusi di dalam kesempurnaan rencana Allah untuk memberikan Anak-Nya kepada dunia. Ada yang berpikir bahwa persiapan yang dilalui sebelum Yesus mulai melayani hanyalah babtisan di Sungai Yordan dan ujian/pencobaan di padang gurun–tapi perikop ini menyatakan fakta yang berbeda.

  1. Persiapan dan proses itu sudah dimulai sejak Adam! Lukas 3:23-48 mencatat silsilah Yesus yang dirunut sampai Adam–ada 76 generasi/keturunan! Ini tidak sekedar daftar nama orang; ini mewakili semua generasi, bangsa, dan peristiwa yang membentang selama sekitar 2.000 tahun!
    Tak terbayangkan betapa kompleks, rumit, jalinan peristiwa antar manusia, kelompok, dan bangsa yang diatur dan ditata ke dalam sebuah alur proses kedatangan Mesias.
    Terpujilah Allah, Sang Sutradara Agung, yang telah menyusun skenario besar (yang melibatkan berjuta-juta plot dan subplot) rencana keselamatan bagi manusia!
  2. Setelah dilahirkan di dunia, Yesus melalui proses pertumbuhan yang normal sebagaimana manusia lainnya. Ia menundukkan diri di bawah asuhan Yusuf dan Maria, melewati masa balita, anak, remaja, sampai masuk pada kedewasaan sebagai Seorang Manusia. Yesus melalui proses pertumbuhan dalam segala aspek hidup sampai “dinyatakan” sebagai Orang yang telah dewasa.
  3. “Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun” (Lukas 3:23). Mengapa menunggu begitu lama–padahal Ia sudah sadar akan panggilan-Nya pada usia 12 tahun? Kemungkinannya adalah supaya sesuai dengan aturan pelayanan bagi orang Lewi yang dimulai pada usia 30 tahun juga (Bilangan 4:3,35). Sekalipun memiliki otoritas sebagai Anak Allah, Yesus konsisten dengan ketetapan tentang pelayanan yang dibuat oleh Bapa-Nya.
  4. Hal pertama yang dilakukan-Nya adalah: memberikan Diri untuk dibaptis oleh Yohanes (Lukas 3:21-22). Baptisan itu menunjukkan bahwa Ia mengosongkan diri, menjadi sama dengan manusia berdosa. Baptisan itu juga menjadi moment inisiasi/pentahbisan pelayanan-Nya; di mana Bapa-Nya memberikan pengakuan bahwa Yesus adalah Anak Allah.
  5. Setelah dibaptis, Yesus dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun. Di sana Ia berpuasa selama 40 hari, dan dicobai oleh Iblis. Pencobaan ini menjadi ujian bagi Yesus, untuk membuktikan bahwa Ia memang layak untuk menjadi Mesias dan Imam Besar yang mengalahkan kuasa dosa (Ibrani 2:17-18, 4:14-16). Yesus menang atas pencobaan; Ia berhasil lolos ujian.

Kalau Anak Allah saja harus melewati proses yang demikian untuk memulai pelayanan-Nya, apalagi manusia. Pelayanan (atau kepemimpinan) yang Alkitabiah bukan perkara yang sepele, yang bisa dilakukan dengan sembrono atau sembarangan. Ada proses yang harus dilalui, ada tingkat pertumbuhan yang harus dimiliki, ada pengesahan yang harus dimiliki, dan ada ujian yang harus dilewati.

Views: 7

This entry was posted in Lukas, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *