Pemimpin Sejati

Lukas 3:1-22

Ketika para penguasa/pemimpin dunia ini sedang sibuk dengan urusannya di tempatnya masing-masing, “datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun” (Lukas 3:2). Orang bisa menduduki posisi kepemimpinan karena keturunan, seperti para kaisar, raja, atau pemimpin agama. Bisa juga karena dipilih atau diberi mandat oleh orang lain, kelompok masyarakat, atau organisasi. Ada pula yang mengangkat diri sendiri untuk menjadi pemimpin. Yohanes menjadi pemimpin karena panggilan Tuhan, dan ia bekerja berdasar firman Tuhan yang datang kepadanya.

Perikop ini memberikan rangkuman bagaimana Yohanes Pembabtis melakukan misi yang Tuhan berikan kepadanya. Ada beberapa hal dari kehidupan Yohanes yang bisa ditarik menjadi prinsip-prinsip kepemimpinan yang Alkitabiah:

  1. Yohanes menjadi pemimpin karena panggilan Tuhan. Kelahirannya ada di dalam rencana Tuhan: ia lahir untuk menjalankan misi Tuhan, yaitu mempersiapkan jalan bagi Mesias yang akan datang (Lukas 1:15-17). Sejak dalam kandungan, kepenuhan Roh Kudus telah menyertai dia; dan ia memiliki cara hidup yang dikhususkan bagi pelaksanaan misi Tuhan.
  2. Yohanes tidak membuat agenda kegiatan sendiri, tetapi ia melakukan pekerjaannya sesuai dengan agenda/jadwal yang ditetapkan oleh Tuhan. Setelah beranjak dewasa, ia mengasingkan diri ke padang gurun “sampai kepada hari ia harus menampakkan diri kepada Israel” (Lukas 1:80)l; dan ia baru mulai bergerak ketika firman Allah telah datang kepadanya (Lukas 3:2).
  3. Yohanes berani untuk menyatakan kebenaran Tuhan kepada siapapun: orang awam, pemungut cukai, tentara, bahkan raja. Ia tidak memandang muka; ia tidak menurunkan standar kebenaran. Sekalipun karena keberaniannya menegur pemimpin dunia ini membuat ia harus masuk penjara (Lukas 3:12,14,19).
  4. Yohanes sadar betul siapa dirinya, dan batas-batas otoritas yang ditetapkan Tuhan baginya. Yohanes tidak tergoda untuk mencuri kemuliaan yang bukan menjadi haknya.ia tidak mabuk kekuasaan atau gila hormat. Ia sadar bahwa yang harus dimuliakan adalah Mesias, bukan dirinya.
    Ketika orang mengira bahwa ia adalah Mesias, Yohanes langsung mengkoreksi pandangan itu–ia tidak membiarkan orang punya kesan yang salah: menilai dirinya lebih tinggi dari yang seharusnya. Yohanes dengan terus-terang mengatakan bahwa ia bukan Mesias, tetapi hanya hamba yang tidak layak kalau dibandingkan dengan Mesias. Yohanes menyatakan dengan terbuka bahwa pelayanannya jauh lebih rendah dan lebih kecil dibandingkan dengan apa yang akan dilakukan oleh Mesias.

Empat prinsip kepemimpinan dari kehidupan Yohanes Pembabtis: memimpin karena panggilan Allah (bukan ambisi atau kehendak manusia); tunduk kepada agenda dan rencana Allah; setia kepada prinsip kebenaran; dan menyadari batas otoritas yang dimiliki, tidak gila hormat, serta tidak mencuri kemuliaan Allah. Prinsip-prinsip yang akan menjadikan seseorang sebagai pemimpin yang sejati di hadapan Allah!

Views: 7

This entry was posted in Lukas, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *