Lukas 2:1-20
Untuk menggenapi janji-Nya, Tuhan menjalankan otoritas dan kuasanya-Nya atas segala sesuatu: pemerintahan, kondisi sosial-politik, waktu, orang, dan semuanya. “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. ” (Roma 8:28). Pertanyaannya adalah: apakah saya menjadi bagian di dalam penggenapan janji-Nya?
Sejak Maria menjawab panggilan Tuhan dengan “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Lukas 1:38), maka ia menjadi bagian yang aktif dari penggenapan rencana Tuhan. Warren Wiersbe menulis: “If God’s Word controls our lives, then the events of history only help us fulfill the will of God.” Keterlibatan di dalam rencana Tuhan dengan kesadaran dan kerelaan penuh inilah yang seharusnya menjadi model hidup saya:
“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” (Efesus 2:10)
Tentu ada orang-orang lain yang “diberi peran” oleh Tuhan; Kaisar Agustus, misalnnya. Namun keterlibatannya di dalam rencana Tuhan berbeda dengan Maria–Kaisar Agustus tidak menyadari bahwa ia sedang dipakai Tuhan menggenapi rencana-Nya. Penguasa Kekaisaran Romawi–pemerintahan terbesar pada zaman itu, tak lebih hanya pion di ujung jari Sang Grandmaster Agung.
Pertanyaan hipotetikal: kalau–misalnya–Kaisar Agustus tahu/sadar bahwa ia sedang/akan menjadi bagian dari rencana Tuhan, apakah ia akan mau/bersedia/rela untuk menjalankan perannya seperti Maria? Actually, it doesn’t really matter. Mau tidak mau, sadar tidak sadar, Tuhan–Sang Raja Sorgawi–berdaulat, berkuasa, dan mampu “memaksa” si raja dunia itu untuk melakukan apa yang Tuhan inginkan! Hanya saja, ia tidak akan mendapatkan rekomendasi seperti yang diberikan oleh Tuhan kepada Maria.
Sebuah perspektif yang mestinya saya miliki ketika memandang segala bentuk penguasa dan kekuasaan di dunia ini: mereka tunduk di bawah otoritas Tuhan; dan mereka adalah alat-alat yang dikuasai dan digunakan oleh Tuhan dalam rangka menggenapi rencana-Nya. Cara pandang yang sama mestinya saya miliki atas segala macam kejadian/peristiwa yang sedang berlangsung di dunia ini. Sejarah, menurut James A. Garfield, adalah “the unrolled scroll of prophecy.”
Pada waktu Pilpres 2014 lalu, banyak orang terlibat aktif untuk mendukung calon-calon pemimpin yang berkompetisi. Mereka begitu bangga dan menyebut diri mereka bagian dari sejarah bangsa Indonesia; mereka merasa sedang ikut menorehkan tinta untuk menulis sejarah negeri ini. Satu rahasia yang mereka tidak tahu: sebuah Sejarah Agung yang telah ditulis oleh Tuhan, dan sejarah-sejarah manusia hanyalah bagian-bagian kecil di dalam proses penggenapan Sejarah Agung Tuhan!
Saya mau menjadi bagian dari Sejarah Kerajaan Allah. Sejarah yang telah dituliskan sejak semula, sudah dinubuatkan sejak ribuan tahun lalu; sejarah yang penggenapannya sedang berjalan–an unfolding history of the Kingdom of God. Dan cara menjadi bagian di dalamnya adalah: mendengarkan dan mempelajari skenario-Nya bagi saya dan melakukan peran yang ia telah tetapkan bagi saya, dengan kerelaan hati dan penundukan diri di bawah otoritas-Nya.
Views: 10