The simple faith

Lukas 1:57-80

Hidup dalam iman itu sederhana. Sembilan bulan sebelumnya, utusan Allah datang dan memberi tahu Zakharia bahwa istrinya yang mandul dan sudah tua itu akan mengandung dan melahirkan anak laki-laki. Dan sekarang janji itu digenapi. Tuhan menepati janjinya. As simple as that: Ia berjanji, Ia menepati. Tidak rumit, tidak complicated. Manusia yang membuatnya menjadi sulit dan rumit.

Faktor yang membuat rumit adalah: kita sulit untuk mempercayai perkataan Allah. Kita susah untuk bisa percaya bahwa Allah akan menepati janji-Nya. Bisa jadi karena kita sendiri tidak selalu bisa menepati janji–terlalu banyak faktor yang bisa membuat kita ingkar janji: internal maupun eksternal. Secara internal, bisa jadi kita asbun saja ketika berjanji–dan tidak berniat untuk menepati; atau kita lalai atau lupa atau berubah pikiran.

Faktor eksternal jauh lebih banyak lagi. Ada kalanya hati kita benar-benar bertekad untuk menepati janji, namun apa daya kita tidak mampu untuk melakukannya: keterbatasan fisik, keadaan, hambatan, dan seribu satu penyebab lain yang dapat menggagalkan penepatan janji kita.

Faktor yang lain adalah: kita lebih mempercayai pikiran, kekuatan, dan sumberdaya kita sendiri–dan tidak mampu untuk memandang kepada kekuatan dan otoritas Tuhan yang tanpa batas. Tuhan Mahakuasa–tidak ada satupun yang mustahil bagi-Nya; tidak ada apapun, di manapun, kapanpun, siapapun yang bisa membatasi dan menghalangi Tuhan untuk melakukan apa yang Ia kehendaki.

Kadang-kadang, kita menuntut bukti lebih dahulu sebelum kita mau percaya. Sebelum panca indera dan pikiran kita bisa menangkap dan mengalami apa yang dijanjikan Allah, kita masih sulit dan tidak mau untuk percaya. Sepeti Tomas yang berkata: “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.” (Yohanes 20:25).

Yang kita perlukan adalah: hati yang percaya penuh kepada Tuhan dan tidak menyangsikan perkataan-Nya–entah itu berupa janji atau perintah atau peringatan. Maka hidup kita akan dimerdekakan dari kerumitan dan perumulan yang tidak perlu.

Views: 8

This entry was posted in Lukas, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *