Why Godly People Suffer?

2 Korintus 1:1-11

Paulus mengalami masalah, kesulitan, dan penderitaan yang berat di Asia Kecil. Penderitaan itu begitu besar dan berat sehingga membuatnya merasa telah dijatuhi hukuman mati (1:9) dan telah sempat membuatnya putus asa akan hidupnya (1:8). Namun, keadaan itu tidak membuatnya menyerah dan dikalahkan. Apa rahasianya?

Pertama, Paulus memiliki Allah yang menopangnya di dalam penderitaan: the Father of sympathy (pity and mercy) and the God [Who is the Source] of every comfort (consolation and encouragement) (1:3 Amp.) Allah Bapa yang saya kenal di dalam Kristus adalah Allah yang penuh belas kasihan dan yang menjadi sumber segala penghiburan. Paulus mendapat kemampuan, kekuatan, dan penghiburan dari Allah untuk dapat tekun bertahan menjalani penderitaan yang harus dialami.

Kedua, Paulus memahami bahwa Allah memiliki tujuan yang baik ketika mengijinkan penderitaan itu datang menimpa. Salah satu tujuannya adalah: agar melalui pengalaman penderitaan beserta penghiburan dari Allah, Paulus dapat menguatkan dan menghibur orang lain yang mengalami penderitaan. Penderitaan yang saya alami menolong saya untuk memiliki kepekaan dan empati kepada orang lain yang tengah menderita. Penghiburan dan pertolongan yang saya terima dari Allah akan memberi kekuatan bagi saya untuk memberikan penghiburan kepada orang lain.

Ketiga, penderitaan (dan rasa putus asa yang dihasilkannya) menolong Paulus untuk menyadari bahwa kemampuan menjalani hidup dan pelayanannya adalah semata-mata karena kasih karunia Allah, dan bukan karena hikmat atau kekuatannya sendiri: “Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.” (1:9). Penderitaan akan menolong saya untuk bergantung kepada dan mengandalkan Allah saja.

Kehidupan yang saleh tidak menjamin kehidupan yang tanpa masalah/penderitaan. Benar bahwa penderitaan dan kesesakan akan menimpa orang yang berbuat jahat (Roma 2:9); namun orang benarpun diijinkan tertimpa perkara yang sama. Bedanya, orang jahat hanya akan mendapat pahitnya, sementara orang saleh dijanjikan kemuliaan, kehormatan, dan damai sejahtera di tengah dan sebagai hasil penderitaan (Roma 2:10).

Views: 7

This entry was posted in 2 Korintus, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *