Gereja dan Uang

1 Korintus 16:1-4

Baru saja Paulus selesai berbicara tentang doktrin kebangkitan, langsung ia bicara tentang uang. Menarik sekali perubahan isi surat ini: seolah Paulus bergerak dari urusan “surgawi” (kebangkitan, tubuh yang baru, kedatangan Kristus, Kerajaan Sorga) dan langsung terjun ke urusan “duniawi”, yaitu uang. Padahal, urusan uang merupakan topik yang kerap kali menimbulkan rasa sungkan, jengah, atau risih untuk dibicarakan di gereja; dan ada kesan “tidak layak” membicarakan uang disandingkan begitu saja dengan membicarakan sorga.

Paulus tidak memiliki cara pandang dikotomis, yang memisahkan antara urusan sorgawi/rohani dengan duniawi/jasmani. Dari cara paulus menulis/membicarakan 2 topik ini, terlihat bahwa ia memandang kehidupan Kristen sebagai kehidupan yang utuh, integral, tidak terbagi-bagi. Sikap dan prinsip, serta perilaku kehidupan orang percaya mestinya integral juga: suasana hati dan perilaku ketika melakukan ritual ibadah atau melakukan aktivitas pelayanan semestinya persis sama dengan ketika bekerja atau membelanjakan uang. Sehingga, pembicaraan tentang uang atau dalam hal ini persembahan tidak perlu menimbulkan rasa sungkan atau risih.

Selanjutnya Paulus memberi petunjuk teknis terkait pemberian/persembahan–dalam konteks ini, pemberian bagi jemaat Yerusalem yang sedang mengalami kekurangan: (1) personal/individual: tiap-tiap orang terlibat; (2) memberi secara proporsional sesuai dengan rejeki yang diterima dari Tuhan; (3) memberi secara teratur/sistematis/berkala; (4) menunjuk orang-orang yang bisa dipercaya dan kompeten/cakap untuk mengelolanya.

Tantangan bagi orang percaya adalah: membangun cara pandang yang benar tentang harta/uang; membangun hati yang rela untuk berbagi; dan membangun integritas dan kecakapan untuk mengelola harta pemberian Tuhan.

Views: 7

This entry was posted in 1 Korintus, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *