Mengapresiasi Ketekunan dan Pertumbuhan

2 Tesalonika 1:1-4

Orang percaya dan jemaat yang sehat ditunjukkan dengan ketekunan bahwa pertumbuhan mereka sekalipun berada di dalam penganiayaan dan penderitaan. Bagi gereja yang kuat, penganiayaan dan penderitaan atau kesulitan tidak menjadi penghambat atau penghalang kehidupan iman dan pertumbuhan mereka. Itu yang terjadi pada jemaat di Tesalonika.

Setelah menyampaikan salam dan berkat kepada jemaat, Paulus menyatakan betapa ia mengucap syukur kepada Tuhan–dan ucapan syukur ini bukan basa-basi, melainkan sungguh-sungguh–karena pertumbuhan yang terjadi di dalam jemaat Tesalonika: (1) pertumbuhan iman yang semakin besar; (2) pertumbuhan dalam saling mengasihi orang lain yang juga bertambah besar–ayat 1-3.

Kehidupan jemaat yang terus bertumbuh ini menjadi sesuatu yang membanggakan bagi Paulus. Ia dengan bangga menceritakan hidup jemaat Tesalonika kepada jemaat-jemaat yang lain, yaitu tentang ketekunan (daya tahan, ketabahan) dan iman mereka di tengah segala penganiayaan dan penderitaan yang harus mereka tanggung–ayat 4.

Penghargaan dan apresiasi Paulus kepada jemaat Tesalonika karena ketekunan dan pertumbuhan mereka di enagh situasi yang sulit ini tentu akan berdampak bagi jemaat Tesalonika sendiri, yaitu menguatkan dan menyemangati mereka untuk melanjutkan cara hidup itu. Bagi jemaat lain, itu akan menjadi teladan dan memotivas mereka untuk memperjuangkan kehidupan yang sama.

Salah satu sikap dalam menggembalakan jemaat adalah: memberikan pengakuan dan apresiasi atas pertumbuhan mereka. Baik disampaikan kepada jemaat itu sendiri, maupun diceritakan kepada jemaat yang lain. Penggembalaan tidak hanya selalu menuntut dan menyalahkan, tetapi juga diimbangi dengan perhatian, penghargaan, dan ucapan syukur–yang tulus, yang berdasarkan fakta riil; dan bukan basa-basi yang menjilat.

Penerapan:
Tidak hanya mengkritik atau menuntut, tetapi juga memuji dan mengapresiasi orang lain–secara tulus–dalam lingkup pelayanan dan pekerjaan saya.

Views: 1

This entry was posted in 2 Tesalonika, Perjanjian Baru, Saat Teduh. Bookmark the permalink.