1 Tesalonika 3:6-9
Paulus telah menuliskan beban dan concernnya untuk jemaat Tesalonika, beban dan concern yang tulus dan dalam–memikirkan bagaimana keadaan jemaat di tengah kesulitan dan penganiayaan yang mereka hadapi, sehingga ia mengirim Timotius untuk menengok dan menguatkan jemaat. Sekarang, setelah mendengar kabar tentang jemaat dari Timotius, Paulus menyatakan kelegaan dan sukacitanya bagi jemaat.
Timotius bertemu kembali dengan Paulus di Korintus (Kis. 18:5), dan memberikan laporan mengenai keadaan jemaat. Kabar yang menggembirakan tentang iman dan kasih jemaat. Jemaat tetap teguh dalam iman dan terus tekun melakukan kasih di dalam hidup mereka. Kekuatiran Paulus kalau-kalau iman mereka goyah kerena kesulitan sekarang mendapat jawabannya: iman jemaat tidak goyah dan tetap kokoh: “teguh berdiri di dalam Tuhan” (ayat 6, 8)
Berita yang layak untuk ditunggu adalah: berita tentang iman yang kokoh dan kasih yang tekun dilakukan. Itu lebih penting daripada kesehatan, kesejahteraan, atau keberhasilan. Itu yang seharusnya menjadi concern utama dan hal yang penting dari orang yang ada di dalam Tuhan: kondisi iman dan kehidupan ketaatan dari saudara seiman.
Selain keteguhan iman dan kasih mereka, jemaat juga mempunyai kenangan yang baik tentang Paulus dan keinginan untuk bertemu dengan Paulus (ayat 6-7). Sementara orang-orang Yahudi menghasut, memfitnah, dan mengusir Paulus, namun jemaat tetap memiliki pandangan yang baik tentang Paulus, sebab mereka melihat bahwa Paulus orang yang benar dan pelayanan Paulus adalah dari Allah yang berampak nyata atas hidup mereka.
Sikap hamba Tuhan yang benar: tidak bermulut manis atau menjilat, tidak melakukan pencitraan, tidak berusaha menyenangkan orang lain. Tetapi tekun di dalam kehidupan pribadi yang saleh dan tekun melakukan apa yang Tuhan perintahkan. Maka, urusan nama baik atau kenanganan yang baik itu adalah urusan Tuhan. Fokus bukan kepada membuat reputasi pribadi, tapi pada hidup benar dan melakukan panggilan Tuhan.
Mendengar kabar tentang jemaat serta kenangan dan kerinduan jemaat kepadanya membuat Paulus bersukacita dan mengucap syukur kepada Tuhan. Secara eksplisit Paulus menyatakan sukacitanya itu dengan mengatakan bahwa berita tentang jemaat telah memberikan pengiburan kepadanya di tengah segala kesesakan dan kesukaran yang sedang dijalaninya. “Sekarang kami hidup kembali” menjadi ungkapan kelegaan dan sukacita Paulus yang sebelumnya begitu cemas dan kuatir tentang jemaat (ayat 8-9).
Ungkapan sukacita, rasa syukur karena hidup orang lain itu penting untuk dilakukan. Bukan saya itu adalah ekspresi yang memang ada di dalam hati, tetapi itu akan menjadi pendorong bagi orang lain yang mendengarnya–karena mereka tahu bahwa hidup mereka telah menjadi berkat dan mendatangkan ucapan syukur.
Penerapan:
Memohon kekuatan dan penghiburan dari Tuhan di tengah kondisi tekanan pekerjaan dan masalh-masalah yang saat ini sedang saya jalani.
Memohon agar Tuhan memberikan sukacita dan ucapan syukur di dalam hati saya sekalipun di tengah tekanan yang saat ini sednag ada.
Views: 22