Doa Syafaat sebagai Tindakan Kasih

2 Tesalonika 3:10-13

Bentuk atau ekspresi concern dan kasih kepada orang lain adalah: mendoakan mereka. Dari frekuensi mendoakan, intensitas atau kesungguhan dalam mendoakan, dan pokok-pokok doa yang dinaikkan kita dapat memahami seberapa concern seseorang kepada orang lain. Ini concern yang sejati dan tulus, sebab berdoa berarti memberi perhatian dan kasih tanpa diketahui orang, tanpa bisa mendapat pujian, apresiasi, atau balasan. Sebab hanya Tuhan yang melihat dan tahu doa di tempat tersembunyi itu.

Pokok doa 1: Paulus sungguh meminta kepada Tuhan agar diberi kesempatan untuk bertemu langsung dengan jemaat Tesalonika supaya ia bisa “menambahkan apa yang masih kurang pada iman” jemaat (ayat 10-11). Ini permintaan yang baik, yang sesuai dengan prinsip umum firman Tuhan. Tidak dicatat dalam Alkitab atau catatan sejarah lain apakah doa Paulus ini dikabulkan oleh Tuhan. Kalau tidak dikabulkan, maka pelajarannya adalah: bahkan doa yang paling baikpun belum tentu dikabulkan–bukan karena bertentangan dengan kebenaran Tuhan, tetapi ada rencana Tuhan yang khusus mengapa tidak mengabulkannya, dan kita percaya rencana itu untuk mendatangkan kebaikan bagi umatNya (Rom. 8:28).

Pokok doa 2: Paulus berdoa agar Tuhan menjadikan jemaat Tesalonika bertambah-tambah dan berkelimpahan (ayat 12)–tidak hanya ada pertumbuhan kasih yang makin meningkat kualitasnya, tetapi juga pertambahan kapasitas sehingga semakin banyak bisa mengasihi orang lain. Ini menunukkan bahwa hati dan tindakan kasih kepada orang lain perlu untuk terus bertumbuh dan bertambah, tidak stagnan dan mandeg. Mengasihi lebih dalam, berkorban lebih banyak, memikirkan orang lain lebih sering, membantu orang lain makin banyak dan makin sering.

Pokok doa 3: Paulus berdoa agar Tuhan menanamkan kekudusan di dalam hati jemaat, sehingga mereka hidup kudus dan tak bercacat di hadapan Tuhan, untuk menyambut kedatangan Tuhan Yesus dan orang-orang kudusNya (ayat 13). Kasih kepada orang lain–dengan berbagai bentuknya–adalah penampakan eksternal hidup dalam Tuhan. Seara internal, batiniah, yang tak terlihat oleh orang lain: hati yang murni, kudus dan tak bercacat. Sehinggak kehidupan seorag percaya benar-benar berintegritas dan tidak ada kemunafikan. Sama kudus dan kasihnya di luar dan di dalam!

Penerapan:
(1) Mengakui bahwa saya sebenarnya tidak memiliki perhatian atau concern yang besar kepada orang lain, dibuktikan dengan kurangnya saya berdoa untuk orang lain. Doa-doa saya lebih banyak untuk diri dan kepentingan dan kenginan saya sendiri.
(2) Saya mau belajar unuk bertumbuh dalam kasih kepada orang lain dengan cara memberikan waktu dan usaha lebi banyak untuk berdoa bagi orang lain.

Views: 16

This entry was posted in 1 Tesalonika, Perjanjian Baru, Saat Teduh. Bookmark the permalink.