Posisi Orang Percaya: Anak, Bapa, dan Orang Muda

1 Yohanes 2:12-14

Tiga jenis orang menjadi sasaran surat Yohanes. Yohanes menyebut mereka dengan: anak-anak, bapa-bapa, dan orang-orang muda. Agaknya ini bukan kategorisasi berdasarkan usia, sebab beberapa kali Yohanes menggunakan istilah “anak-anakku” untuk semua orang yang disuratnya; sehingga “anak-anak” adalah panggilan Yohanes untuk semua jemaat–yang bsa jad merupakan “keturunan” rohaninya–mereka menjadi orang percaya sebagai buah pelayanan Yohanes.

Beberapa penafsir memaknai bahwa ketiga sebutan itu bukan mengacu kepada kategori usia lahiriah–bukan pula tingkat pertumbuhan seseorang, tetapi itu berlaku untuk semua dan setiap orang. Bagi Yohanes, setiap orang percaya pada saat yang sama–tapi dari perspektif yang berbeda adalah: anak-anak, oang dewasa, dan orang muda di dalam Tuhan.

Sebagai anak-anak, orang percaya telah mengalami pengampunan dosa oleh karena Nama Tuhan dan mereka mengenal Bapa (ayat 12, 14). Dari perspektif ini, yaitu pengampunan dosa dan menjadi bagian dari keluarga Allah, semua orang percaya adalah anak-anak–hanya menerima anugerah saja, sebagaimana seorang anak tidak melakukan apa-apa untuk menjadi anak; ia hanya menerima status itu karena pekerjaan di luar dirinya. Seumur hidup, seorang percaya adalah anak–penerima anugerah pengampunan dosa dan hidup kekal dan status sebagai anak Allah.

Sebagai bapa-bapa, orang percaya telah mengenal Tuhan yang ada dari mulanya–frasa ini diulang dua kali di ayat 13 dan 14. Tekanan kepada pengenalan/persekutuan yang intim dengan Tuhan Sang Kekal yang dimiliki oleh setiap orang percaya. Tuhan yang dikenal adalah Tuhan yang Kekal, yang sudah ada sejak dari mulanya–yang sudah ada sejak sebelum semuanya ada. Bukankah dengan demikian orang percaya memang bisa disebut sebagai “bapa”, sebab mengenal dan bersekutu dengan Allah yang sudah ada sejak dari semula; mengenal sejarah pekerjaan-Nya dari generasi ke generasi.

Sebagai anak-anak muda, karena orang percaya telah mengalahkan yang jahat (ayat 13) dengan kekuatan yang mereka dapatkan karea firman Allah diam di daam hiup mereka (ayat 14). Perspektif perjuangan dan kemenangan atas yang jahat menjadi penekanan di sini. Setiap orang percaya dpandang sebagai seorang muda–yang lazimnya adalah kelompok umur yang berperang; dalam hal ini berperang melawan yang jahat. Yohanes mengacu kepada vtalitas dan kekuatan orang percaya untuk berjuang dan mengalahkan yang jahat; bukan dengan upaya mereka sendir, tetapi karena firman Tuhan ada di dalam hidup mereka.

Setiap orang percaya adalah anak-anak (penerima anugerah Tuhan), bapa-bapa (bersekutu intm dengan Allah yang kekal), dan orang muda (pejuang yang kuat dalam Firman untuk mengalahkan yang jahat). “Thought of in this way, the sequence ‘children,’ ‘fathers,’ and ‘young men’ is meaningful. The readers knew what it was to have sins forgiven and then have fellowship with the Eternal One. As a result they were like vigorous young men who had defeated satanic assaults.” (Valvoord & Zuck, 1983).

Penerapan:
Bersyukur untuk eksistensi saya sebagai orang percaya dengan dimensi-dimensinya. Terus bertekun untuk menerima anugerah keselamatan dan pengampunan Tuhan; terus bertekun untuk bersekutu pribadi dengan Tuhan, dan bertekun untuk memegang firman Tuhan agar menang atas yang jahat.

Views: 280

This entry was posted in 1 Yohanes, Perjanjian Baru, Saat Teduh. Bookmark the permalink.