1 Yohanes 2:15-17
Melanjutkan bahan pembicaraan sebelumnya, bahwa orang percaya adalah anak-anak Allah yang sudah ditebus dari dosa, sudah mengenal Allah, dan punya kekuatan untuk mengalahkan yang jahat, Yohanes memberikan peringatan agar waspada terhadap keinginan-keinginan dunia yang akan terus mencoba menarik mereka sehingga meninggalkan Tuhan.
Yohanes menasihati mereka agar: tidak mengasihi dunia ini dan tidak mengasihi apa yang ada di dalamnya. Kata mengasihi yang digunakan di sini “agapao” yang bermakna: “to esteem, love, indicating a direction of the will and finding one’s joy in something or someone.” Memandang atau menilai sesuatu itu sangat penting dan menjadi sumber kebahagaian, sehingga keinginan seseorang akan kuat tertuju kepadanya. Jadi, ini bukan kasih yang bersifat emosional/perasaan, tetapi masalah kehendak dan orientasi.
Dunia yang dimaksud Yohanes bukanlah bumi dan isinya, melainkan sistem yang melawan atau memusuhi Allah. Yakobus menyatakan ide yang sama dalam suratnya: “Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.” (Yak. 4:4). Dan di dalam suratnya itu, Yakobus menyebut orang yang bersahabat dengan dunia adalah “orang-orang yang tidak setia” (adulteresses/para pezinah).
Dunia menawarkan tiga hal untuk menarik orang percaya: (1) keinginan daging, (2) keinginan mata, (3) keangkuhan hidup. Yohanes menyatakan bahwa ketiga hal itu bukan berasal dari Bapa, artinya bertolak belakang dengan kehendak Allah. Ini konsisten dengan yang dinyatakan Paulus kepada Jemaat di Galatia: “keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging–karena keduanya bertentangan” (Gal. 5:17).
Keinginan daging adalah semua nafsu atau keinginan yang terkait dengan selera yang berhubungan dengan tubuh/fisik manusia (illicit bodily appetites)–keinginan fisik/tubuh yang illegal, yang bertentangan dengan hukum/norma. Jadi, dorongan/kebutuhan jasmani sendiri bukan dosa–sebab Tuhan yang menciptakannya melekat pada tubuh manusia, tetapi ketika pemenuhan kebutuhan/ dorongan badani itu ilegal (tidak sesuai kehendak Allah), maka itu menjadi keinginan daging yang dipakai dunia untuk mengikat manusia.
Keinginan mata merujuk kepada naluri manusia untuk memiliki sesuatu–lagi-lagi ini berkonotasi: menginginkan menjadikan sesuatu menjadi miliknya. Hukum Tuhan ke-10 berbicara tentang hal ini: Jangan mengingini (melihat dan kemudian ingin memiliki). Tekanannya bukan kepada “menikmati” sesuatu, tetapi nafsu untuk memiliki sesuatu. Karena bisa jadi ia mengejar sesuatu bukan untuk digunakan/dipakai, tetapi semata-mata untuk memuaskan keinginan bahwa ia bisa memiliki apapun yang diinginkannya. Keinginan memiliki barang atau harta demi untuk kepemilikan itu sendiri–padahal sebenarnya tidak membutuhkan dan tidak digunakan untuk keperluan tertentu.
Ketika keinginan mata ini dibiarkan mnguasi seseorag, maka ia bisa membuat orang bertindak melanggar kebenaran–Daud adalah contoh bagaimana orang jatuh dalam dosa dimulai dari melihat Batsyeba. Di zaman Yosua, Akhan tergiur kepada harta dan barang yang bagus di Yerikho. Gehazi, hamba nabi Elisa, menginginkan barang-barang indah dari orang Aram. Raja Ahab, merampas kebun anggur warisan keluarga Nabot. Tetapi, bukan hanya pencuri, penipu, dan perampas–melainkan ornag yang dikuasa keinginan untuk memiliki–sekalipun ia memperoleh dengan cara yang benar!
Keangkuhan hidup berbicara tentang ego manusia: hidup yang angkuh, sombong, merasa paling hebat, merasa paling unggul, merasa paling penting, merasa paling benar. Pengakuan dan penghargaan orang lain menjadi hal yang penting dan akan dikejar. Keinginan untuk diakui dan menyatakan diri bahwa “saya kuat, saya hebat, saya unggul, saya lebih baik, saya paling benar”. Dalam bahasa Yunani, istilah yang dipakai secara harafiah berarti: the pretension of human life. Pretention: a claim or assertion of a claim to something–klaim, pengakuan. Pretensious: attempting to impress by affecting greater importance, talent, culture, etc., than is actually possessed–berusaha untuk dipandang/diakui–yang seringkali berujung kepada membual dan pencitraan diri palsu.
Yohanes mengingatkan bahwa: “dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya”. Selain bertentangan/ bermusuhan dengan Allah. Dunia ini sedang lenyap atau sedang dalam proses menuju kebinasaan, bersama dengan semua tawarannya. Semua itu hanya akan berlaku selama dunia ini ada, dan tidak akan bertahan sampai kekekalan. Orang yang terpikat untuk mengasihi dunia ini berarti menyerahkan hidupnya untuk sesuatu yang akan binasa, menginvestasikan waktu, tenaga, dan hidupnya untuk sesuatu yang tidak akan rusak.
Sementara, orang yang menolak untuk mencintai dunia, tetapi mencintai Allah–yaitu orang yang melakukan kehendak Allah, akan hidup untuk selama-lamanya. Yohanes tidak sedang mengatakan bahwa orang akan kehilangan keselamatan–karena di bagian lain ia menyatakan bahwa hidup kekal itu tetap, dan di dalam Tuhan orang percaya tidak akan binasa untuk selama-lamanya. Namun, ia sedang berkata bahwa hidupnya akan sia-sia dan tidak seperti yang diinginkan oleh Allah yang telah menyelamatkan orang itu. Di kekekalan nanti, ia tidak punya apa-apa untuk ditunjukkan di hadapan meja pengadilan Tuhan.
Views: 287