Faktualitas Injil

1 Korintus 15:1-11

Paulus mengingatkan jemaat akan berita Injil, yaitu kabar baik tentang Tuhan Yesus Kristus; jemaat sudah mendengar Injil, mereka menerima (memahami) isinya, dan meletakkan iman mereka di atasnya; sebagai hasilnya adalah: jemaat diselamatkan.

Paulus menekankan bahwa berita Injil adalah berita yang bersifat profetik dan faktual. Injil bersifat profetik karena peristiwa kematian, penguburan, dan kebangkitan Kristus telah dinubuatkan di dalam Kitab Suci; dan benar-benar terjadi seperti isi nubuatan tersebut.

Injil bersifat faktual karena pekerjaan/pelayanan, kematian, penguburan, dan kebangkitan Tuhan Yesus benar-benar terjadi dan ada banyak saksi mata atas semua persitiwa itu. Setidaknya ada 6 individu/kelompok (total lebih dari 500 orang) yang menjadi saksi mata bahwa Yesus benar-benar bangkit dari kematian—termasuk diri Paulus sendiri.

Tidak cukup untuk menyaksikan Injil secara dogmatis atau teologis—harus disertai dengan kesaksian yang bersifat faktual.

Talk is cheap,” kata orang Barat, “Gedhang woh pakel; ngomong gampang, nglakoni angel,” kata orang Jawa. Kesaksian atau pengajaran tentang kebenaran Injil harus disertai dengan fakta perubahan kehidupan yang nyata!

Terlalu mudah untuk bicara, berdiskusi, atau berdebat di level wacana—semua orang relatif bisa melakukannya. Namun, kesaksian Injil yang sejati itu menuntut pengejawantahan konsep dan prinsip Illahi ke dalam praktek sehari-hari, di semua bidang kehidupan—tak ada dualisme, tak ada dikotomi rohani/duniawi; melainkan integral, menyatu, menyeluruh.

Pertanyaannya: apakah omongan saya atau pengajaran saya atau khotbah saya atau tulisan saya diimbangi dengan kenyataan kehidupan (di rumah, di tempat kerja, di gereja, di masyarakat) yang konsekuen dan konsisten dengan apa yang saya omongkan, ajarkan, khotbahkan, tuliskan?

Views: 7

This entry was posted in 1 Korintus, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *