Tegas terhadap Dosa dan Kesalahan

Galatia 5:7-12

Paulus mengalihkan perhatian kepada pengajar-pengajar yang menysatkan jemaat sehingga tidak menuruti kebenaran dari Tuhan. Ia melabeli mereka dengan berbagai label negatif: penyerobot, penghalang, bukan berasal dari Tuhan, dan pengacau yang pantas untuk menanggung hukuman dari Tuhan karena telah mempengaruhi jemaat untuk meninggakan kebenaran Tuhan.

Ayat 7. Paulus mengingatkan bahwa jemaat telah menjalani hidup sebagai umat Tuhan dengan baik–diumpamakan sebagai pelari dalam pertandingan, namun kemudian ada orang-orang yang datang dan menghalangi atau menyerobot atau memepet jalur jemaat, sehingga kemudian jemaat bergeser, berpindah jalur–bukan lagi di jalur kebenaran. Paulus menyatakan bahwa para pengajar itu telah mendesak jemaat sehingga berpindah jalur.

Ayat 8. Paulus menegaskan bahwa ajakan untuk tidak lagi mengikuti kebenaran pasti bukanlah dari Tuhan yang sudah memanggil jemaat ke dalam keselamatan melalui iman. Karena mustahil Tuhan itu berstandar ganda–di satu sisi menyatakan keselamatan hanya oleh anugerah melalui iman, dan pada saat yang sama menuntut ketaatan kepada Taurat untuk mendapat keselamatan.

Ayat 9-10. Paulus memperingatan bahwa ajaran yang sesat itu seperti ragi–sekalipun mungkin jumlahnya edikit, tetapi seiring watu ia akan mempengaruhi seluruh jemaat. Ungkapan “ragi” ini juga memperingatkan bahwa penyelewengan yang kecil akan makin lama makin besar karena mempengaruhi atau merusak seluruh sendi-sendi kehidupan. Dengan kata lain, Paulus memperingatkan jemaat agar tidak membiarkan melainkan segera mengatasi ajaran palsu ketika masih sedikit/kecil pengaruhnya.

Ayat 11-12. Paulus juga menyangkal rumor atau fitnah dari pengajar-pengajar itu yang menyatakan bahwa Paulus sendiri juga setuju, bahkan mengajarkan tentang keharusan untuk bersunat di dalam pemberitaannya. Benar, bahwa Paulus menyuruh agar Timotius itu disunat (Kis. 16:3), tetapi bukan karena itu menjadi syarat keselamatan, tetapi karena untuk menjaga agar tidak jadi batu sandungan bagi orang Yahudi, sebab ayahnya seorang non Yahudi. Fitnah yang menyertai pengajaran palsu itu benar-benar membuat Paulus gusar, sehingga menuliskan kata-kata yang keras tentang para pengajar Yudaisme.

Kalau memang seseorang itu tidak benar, fasik, atau jahat–jangan ragu atau sungkan untuk menyebutnya demikian. Tegas untuk “call it as it is”–menyebut dosa sebagai dosa, menyebut penyesatan sebagai penyesatan, menyebut kejahatan sebagai kejahatan. Sikap yang tegas, pemisahan yang jelas antara apa yang benar dan yang salah ini diperlukan–supaya posisi orang percaya juga jelas, tidak abu-abu yang bisa mengarah kepada kompromi terhadap dosa.

Penerapan:
Membangun sikap tegas kepada dosa dengan menyebut dosa itu apa adanya, tidak memperhalus istilahnya. Ini akan menolong saya bersikap jelas dan tegas kepada perbuatan dosa.

Views: 310

This entry was posted in Galatia, Perjanjian Baru, Saat Teduh. Bookmark the permalink.