Galatia 4:17-20
Concern Paulus kepada jemaat Galatia tidak hanya di level doktrin atau pengajaran, tetapi juga di level emosi. Pada bagian ini Paulus menyatakan suasana hatinya, perasaannya tentang jemaat Galatia. Paulus memandang jemaat sebagai anak-anaknya, tidak hanya pengikut atau murid. Kontras dengan para pengajar Yudaisme yang mempengaruhi jemaat.
Ayat 17-18. Paulus menyatakan bahwa para pengajar Yudaisme itu sangat getol dan berusaha keras untuk mempengaruhi jemaat. Tetapi mereka kegetolan itu didasari motif yang salah dan tidak dengan tulus hati untuk kebaikan jemaat, tetapi untuk memenangkan/menjadikan jemaat pengikut mereka. Pualus tidak punya masalah dengan semangat untuk bekerja, tetapi seharusnya semangat itu dengan tulus hati untuk tujuan yang benar dan bukan hanya untuk dilihat orang.
Ayat 19. Berbeda dengan para pengajar Yudasime yang tujuannya mencari pengikut, relasi Paulus dengan jemaat Galatia itu jauh lebih intim. Paulus memandang mereka sebagai anak-anak yang dilahirkannya. Dan sebagaimana seorang ibu melahirkan, Paulus mengalami banyak penderitaan demi membawa jemaat kepada iman di dalam Kristus. Dan ketika mereka tersesat, usaha Paulus untuk mengembalikan mereka itu seperti ibu yang melahirkan untuk kedua kali anak yang sama.
Ayat 20. Paulus menyatakan kerinduannya untuk bisa bertemu langusung dan berbicara langsung dengan mereka. Paulus ingin bisa bicara dengan suara yang lain–berbeda/tidak dibatasi dengan media teks tertulis. Karena Paulus sudah kehilangan cara untuk berbicara, Paulus merasa frustasi dengan kondisi iman jemaat Galatia, dan ingin bisa bertemu untuk bicara langsung kepada mereka.
Penerapan:
Kerja keras dan upaya itu bisa dilandasi motif yang tidak tulus: mencari pengikut, mencari pengaruh–bukan concern yang tulus kepada mereka yang dilayani.
Berdoa meminta hati yang tulus dalam melayani orang lain, tidak bersifat eksploitatif untuk memperoleh keuntungan apapun, tetapi untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Views: 308