Melakukan Ritual Keagamaan dengan Benar

Galatia 4:8-11

Dalam tradisi gereja–setiap gereja, ada ritual yang dilakukan dan dilestarikan. Tidak ada yang salah dengan melakukan ritual itu; yang salah adalah ketika melakukannya dalam rangka untuk memperoleh keselamatan atau menambahkan keselamatan yang terlah diterima karena iman kepada Kristus. Jemaat Galatia–karena pengaruh pengajaran tertentu–mulai berpikir bahwa melakukan ritual dan adat Yahudi itu akan menambah atau menyempurnakan iman mereka untuk mendapat keselamatan atau pengudusan Tuhan.

Ayat 8. Paulus mengingatkan jemaat di Galatia, bahwa sebelum mereka mengenal Allah, mereka menghambakan diri kepada illah-illah (atau dewa-dewa) yang pada hakekatnya bukan Allah–bukan Allah Semesta Alam, Pencipta Langit dan Bumi; atau dengan kata lain allah-allah yang palsu. Sebelum percaya, mereka menyembah dan meyakini kebohongan atau ilusi manusia saja.

Ayat 9-10. Dan setelah mengenal Allah, atau lebih tepatnya dikenal (karena Allah yang berinisaitif menyelamatkan mereka) Allah, Paulus menegor mereka kok kemudian justru berbalik ke masa lalu, yaitu ingin kembali menghambakan diri kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin–yang tidak punya kekuatan atau kuasa untuk menyelamatkan mereka. Wujud dari perhambaan itu adalah: jemaat Galatia mulai dengan teliti memelihara ritual agama Yahudi.

Ayat 11. Paulus menyatakan perasaannya atau kekuatirannya kepada jemaat. Paulus mengungkapkan kegundahan hatinya: kalau mereka hidup seperti itu, berarti semua jerih payah yang dilakukan untuk memberitakan Injil dan mengajar mereka di Galatia menjadi sia-sia. Ini persuasi yang sifatnya bukan doktrinal, tetapi personal kepada jemaat.

Penerapan:
Terus memegang keyakinan bahwa saya dibernarkan oleh Allah melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus; dan saya tidak bisa menambahkan apapun kepada anugerah Allah itu. Ketaatan dan pelayanan saya bukan untuk memperoleh poin atau tambahan perkenan Tuhan, tetapi sebagai ungkapan kasih dan syukur saya kepada-Nya.

Views: 313

This entry was posted in Galatia, Perjanjian Baru, Saat Teduh. Bookmark the permalink.