Maleakhi 1:6-14
Penghargaan dan rasa hormat kepada TUHAN itu diwujudkan dalam sikap dan pemberian yang terbaik kepada TUHAN di dalam ibadah dan persembahan. Orang yang bersikap sembarangan dan adanya, bahkan meremehkan untuk memberikan yang terbaik bagi TUHAN, adalah orang yang tidak hormat dan tidak takut kepada TUHAN. Hati yang menghargai dan mengutamakan seseorang akan tercermin dari tindakan dan sikap kita kepada orang itu. Bagaimana memperlakukan TUHAN? Bagaimana memperlakkan orang lain? Itu cermin hati kita yang sebenarnya.
Ucapan ilahi ke dua melalui Maleakhi adalah tegoran TUHAN kepada para imam yang tidak menghormati TUHAN. Padahal, seumpama orangtua dan tuan, TUHAN berhak mendapat penghormatan atau sikap hormat dari anak dan hambanya. Tetapi TUHAN menilai sikap para imam itu tidak menghormati Dia. Dan, para imam menunjukkan bahwa mereka tidak bersalah, tidak merasa demikian–dilihat dari pertanyaan mereka kepada TUHAN: “Dengan cara bagaimana kami menghina nama-Mu?” (ayat 6).
TUHAN menunjukkan praktik kehidupan yang merupakan penghinaan kepada TUHAN oleh para imam: membawa roti cemar ke hadapan TUHAN–memberikan korban yang tidak layak kepada TUHAN. Berpikir bahwa bisa berbuat sembarangan dalam mempersembahkan korban kepada TUHAN. Padahal itu bukan karena mereka miskin atau tidak mampu–sebab mereka sebenarnya punya persemban terbaik, tetapi memutuskan untuk mempersembahkan yang cacat dan seadanya. Karena sikap hatinya adalah: “Tidak perlu susah-susah untuk mempersembahkan yang terbaik bagi TUHAN, seadanya saja nggak apa-apa. TUHAN bisa kita perlakukan sesuka hati kita”
Bagi TUHAN, korban persembahan/ibadah adalah ungkapan rasa hormat dan takut kepada TUHAN. Maka hati yang hormat dan takut itu ditunjukkan dengan memberikan yang terbaik, yang sempurna, yang terindah kepada TUHAN–TUHAN yang nama-Nya besar di antara bangsa-bangsa (ayat 11). Korban dan ibadah yang sembarangan, yang asal-asalan, bahkan yang meremehkan dalam ibadah–itu cerminan hati yang tidak menghormati atau menghargai TUHAN. Itu membuat TUHAN tidak suka dan tidak berkenan! (ayat 10).
Penerapan:
(1) Memuji Tuhan yang mengajar dan menegor saya agar memperbaiki sikap yang tidak hormat kepada Tuhan dan penghargaan kepada orang lain.
(2) Melakukan yang terbaik (dalam sikap, pakaian, perkataan, cara beraktivitas) dalam ibadah dan persembahan kepada Tuhan.
(3) Mengungkapkan–dalam sikap sopan dan perkataan yang baik–penghargaan saya kepada orang lain, terutama kepada istri dan anak-anak saya.
Views: 37