Bijak dan Tepat dalam Bertindak

Ibadah Pagi GKJ Nusukan

Kisah Rasul 16:16-24

Situasi yang terjadi di sekitar kita bisa memicu kita untuk berreaksi dan bertindak spontan. Dan kita tidak pernah tahu apa rentetan peristiwa atau akibat dari tindakan spontan itu. Bisa jadi, tindakan kita itu memulai rangkaian peristiwa yang ujungnya mendatangkan masalah atau kesusahan bagi kita. Kesusahan yang kemungkinan tidak perlu terjadi. Puji Tuhan, sebab apapun yang terjadi, Ia mengendalikan segala sesuatu dan bisa memakai situasi apapun untuk mendatangkan kebaikan. Tapi, kemahakuasaan dan kasih Tuhan tidak bisa disalahgunakan untuk bertindak sembrono.

Di Filipi, ada budak perempuan muda yang dikuasai roh peramal, dan dipekerjakan oleh tuannya untuk mendatangkan banyak uang (ayat 16). Suatu hari, dalam perjalanan ke rumah ibadat, Paulus dan timnya bertemu dengan budak itu. Kemudian, budak itu mengikuti Paulus sambil berteroak-teriak: “Orang-orang ini adalah hamba Allah Yang Mahatinggi. Mereka memberitakan kepadamu jalan kepada keselamatan.” (ayat 17). Dan itu dilakukan selama beberapa hari: mengikuti ke man-mana sambil berteriak-teriak.

Paulus sangat terganggu dan jengkel. Ketika ia sudah tidak tahan lagi, Paulus berpaling ke belakang dan menghardik roh jahat itu dalam Nama Yesus Kristus–roh itu yang berteriak-teriak memakai mulut budak perempuan. Seketika itu juga roh jahat itu keluar dari budak itu, dan dengan demikian, lenyap juga semua kemampuan meramal yang sebelumnya ada pada budak itu (ayat 18).

Mengapa Paulus menghardik roh itu? Pertama, roh itu sangat mengganggu–berteriak-teriak terus, membuat Paulus jadi pusat perhatian orang, membuat kegaduhan, dan sangat mengganggu aktivitasnya. Kedua, kita tidak tahu intonasi/nada apa yang dipakai oleh roh itu–apakah ada intonasi ejekan/sinis, sekalipun isi kalimatnya terkesan memuji. Ketiga, isi kalimat roh itu mengatakan bahwa Paulus adalah hamba tuhan/dewa (theos), tidak jelas tuhan/dewa yang mana–yang jelas ia tidak menyebut Nama Tuhan Yesus Kristus.

Akibatnya, majikan budak itu menjadi marah karena kehilangan sumber pendapatan yang besar. Mereka bertindak menangkap Paulus, lalu menghadapkan mereka kepada aparat pemerintah dengan fitnah bahwa Paulus adalah orang Yahudi yang menggangu ketenteraman karena mengajarkan adat istiadat yang dilarang oleh orang Romawi (ayat 20-21). Mereka juga berhasil memprovokasi orang lain, sehingga banyak orang ikut-ikutan menuduh Paulus.

Tanpa melakukan pemeriksaan yang teliti, penguasa setempat memerintahkan agar Paulus dan Silas dilucuti pakaiannya, lalu didera (dipukul dengan tongkat)berkali-kali. Lalu mereka dijebloskan ke dalam penjara dengan instruksi khusus kepada kepala penjara untuk memberi penjagaan ekstra. Maka kepala penjara mnempatkan mereka ke sel yang paling dalam, dan di sana kaki dibelenggu dengan pasung (ayat 22-24).

Semua rentetan persitiwa yang berujung pelaporan, penagkapan, penderaan, dan pemenjaraan itu dimulai dari Paulus yang tidak tahan dengan situasi yang sangat mengganggu, sehingga melakukan satu tindakan. Tidak ada catatan atau indikasi bahwa Roh Tuhan memerintahkan Paulus untuk mengusir roh jahat itu; dan tidak ada orang yang minta tolong/memohon agar roh itu diusir. Ini murni reaksi emosional Paulus, yang punya efek yang merugikan/membawa penderitaan–yang sebenarnya bisa dihindari atau tidak perlu terjadi.

Penerapan:
(1) Berhati-hati dalam ber-reaksi dan bertindak: jangan hanya berdasarkan emosi atau tidak tahan terhaap sebuah situasi, tetapi pastikan bahwa Tuhan memerintahkan untuk bertindak, supaya terhindar dari masalah yang tidak perlu.
(2) Salah satu cara untuk menguji untuk “ikut campur” adalah: Apakah masalah itu ada di dalam lingkup tanggung jawab/wewenang saya? Apakah ada permintaan orang lain agar saya terlibat?

Views: 36

This entry was posted in Kisah Para Rasul, Perjanjian Baru, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *