Rut 3:16-18
Salah satu persoalan manusia adalah: ingin mengendalikan segala sesuatu–menganalisis semua sisi, melakukan tindakan-tindakan untuk memastikan tercapainya rencananya. Ini membuat seseorang sulit untuk diam dan menanti. Ini adalah cerminan dari cara berpikir bahwa ia bisa mengendalikan segala sesuatu–padahal tidak. Juga cerminan kurangnya kepercayaan kepada Tuhan–yang berdaulat dan berkasa atas segalanya. Salah satu disiplin yang harus dipelajari adalah: diam dan menantikan Tuhan.
Mungkin semalam suntuk Naomi tidak bisa tidur karena memikirkan apa yang terjadi pada Rut, apakah Boas menerima ataukah menolak permintaan Rut. Apakah Naomi merasa kuatir karena menyuruh Rut pergi sendirian, masuk ke dalam situasi yang berrisiko atas kehormatannya atau keselamatannya? Yang jelas, Naomi sangat menantikan Rut, sehingga ketika Rut sampai di rumah, ia langaung bertanya: “Bagaimana, anakku?” (ayat 16).
Betapa leganya Naomi ketika Rut menceritakan semua yang terjadi bersama Boas: respons Boas yang positif, komitmen Boas untuk menebus Rut, dan integritas Boas yang tidak mau melanggar hak orang lain, tetapi mau melakukan proses penebusan itu dengan cara yang benar dan proper. Dan laporan Rut itu disertai dengan hal yang menguatkan: Boas memberi 6 takar jelai sebagai oleh-oleh–simbol penerimaan dan penghargaan–untuk Naomi (ayat 17).
Sekarang Naomi menyerahkan semuanya kepada Boas dan kepada TUHAN. Tidak ada lagi yang perlu dilakukan, bagian tanggung jawabnya sudah selesai. Sekarang yang harus dilakukan adalah: “duduk sajalah menanti” (ayat 18). Duduk diam, tidak melakukan apapun, selain menanti merupakan bentuk iman/kepercayaan–tidak lagi perlu cawe-cawe atau melibatkan diri. Tetapi mempercayakan semua perkara dan hasilnya kepada TUHAN. Dan sikap ini hanya bisa dilakukan apabila seseorang percaya bahwa TUHAN: “tidak akan berhenti sebelum diselesaikannya perkara itu” (ayat 18).
Penerapan:
Belajar untuk percaya kepada Tuhan. Setelah saya mengerjakan bagian yang menjadi tanggung jawab saya, maka saya harus belajar untuk duduk–tidak bergerak melakukan apa-apa lagi–dan menantikan Tuhan. “Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia” (Maz. 37:7).
Views: 9