Antara Akal Sehat, Aturan/Hukum dan Iman

Rut 4:1-12

Sangat baik untuk mengambil keputusan berdasar dua prinsip: (1) apakah keputusan itu melanggar prinsip kebenaran Tuhan? (2) apakah keputusan itu logis, atau bisa diterima dengan pertimbangan akal sehat. Tetapi cara berpikir itu kadang-kadang harus diletakkan di bawah iman–yaitu, ketika Tuhan secara khusus memberikan rhema untuk melakukan sesuatu alternatif. Tuhan tidak pernah salah, Tuhan mengetahui masa depan, dan Tuhan hanya merancang kebaikan bagi umat-Nya.

Mengapa kerabat yang lain itu tidak bersedia mengambil Rut sebagai istri? Ia berkata bahwa tindakan itu “akan merusakkan milik pusakaku sendiri” (ayat 6). Di dalam Kitab Targum, bagian itu ditafsirkan sebagai berikut: “I cannot redeem it, because I have a wife already; and it is not fit for me to bring another into my house, lest brawling and contention arise in it; and lest I hurt my own inheritance. Do thou redeem it, for thou has no wife; which hinders me from redeeming it.”

Orang ini berpikir sangat logis. Ketika pembelian tanah itu mewajibkan dia untuk mengambut Rut sebagai istrinya, maka: (1) kemungkinan dia sudah punya istri, sehingga menambah istri berarti membuka kemungkinan konflik di dalam keluarga; (2) tanggungannya menjadi bertambah, sebab harus menghidupi Rut dan Naomi; (3) kalau nanti Rut memiliki anak dari dia–yang berarti meneruskan keturunan Elimelekh, maka suatu saat anak itu akan bisa menuntut tanah warisan ayahnya.

Seperti Orpa, berdasar pertimbangan manusia, ia memutuskan untuk tidak melakukan penebusan. Ia tidak cukup punya iman bahwa TUHAN akan memberikan balasan berkat kepada orang yang berbelas kasihan, yang bersedia berkorban, dan yang taat kepada hukum-hukum-Nya. Ia tidak tahu–karena memang ia tidak mahatahu–bahwa keputusan yang logis dan tidak melanggar aturan/hukum TUHAN itu akan menutup pintu kesempatan namanya disebut di dalam silsilah Raja Daud, dan silsilah Sang Mesias.

“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yer. 29:11).

Penerapan:
Membawa setiap keputusan yang harus diambil ke hadapan Tuhan, mendoakan dan menanyakannya dengan sungguh-sungguh. Sebab Tuhan yang tahu apa konsekuensi setiap keputusan itu di masa yang akan datang; supaya hidup saya tetap ada di dalam jalan/rancangan Tuhan.

Views: 24

This entry was posted in Perjanjian Lama, Rut, Saat Teduh. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *