Hakim-hakim 17:7-13
Ciri kemerosotan spiritual yang lain adalah: mengklaim/menyimpulkan sendiri bahwa TUHAN berkenan atau setuju atau memberkati sesuatu yang diinginkan atau dilakukan, padahal apa yang diinginkan atau dilakukan itu bertentangan dengan prinsip umum hukum TUHAN atau firman TUHAN. Tanpa bertanya dan mendengarkan kebenaran dari TUHAN, seseorang menyimpulkan sendiri bahwa ia sedang berada di jalan yang benar di hadapan TUHAN.
Seorang muda suku Lewi dari Betlehem–dalam Hak. 18:30 dicatat bahwa orang itu adalah Yonatan cucu dari Musa–mengembara dari satu tempat ke tempat lain, dan dalam perjalanannya sampai di pegunungan Efraim tempat tinggal Mikha (ayat 7-8). Ketika Mikha tahu bahwa orang muda suku Lewi ini sedang mencari tempat tinggal, Mikha memintanya untuk tinggal bersamanya menjadi bapa dan imam dengan janji akan memberikan makanan, pakaian, dan gaji 10 uang perak setiap tahun (ayat 10).
Orang Lewi itu setuju dengan tawaran ini, maka tinggallah dia di rumah Mikha seperti anaknya sendiri. Lalu Mikha mentahbiskan orang Lewi itu menjadi imamnya (ayat 11-12). Berarti Mikha sudah mentahbiskan dua orang sebagai imam: pertama-tama anaknya sendiri (ayat 5) dan sekarang ditambah orang muda Lewi itu. Mikha tidak punya otoritas untuk mentahbiskan imam, tapi dia melakukannya juga karena itu yang diinginkannya dan ia merasa tidak ada yang salah dari tindakannya.
Setelah memiliki orang Lewi sebagai imam di rumahnya, Mikha berkata: “Sekarang tahulah aku, bahwa TUHAN akan berbuat baik kepadaku, karena ada seorang Lewi menjadi imamku.” (ayat 13). Mikha menyimpulkan dan meyakini bahwa semua rangkaian peristiwa itu: mencuri uang ibunya, membuat patung, menahbiskan anaknya sebagai imam, dan akhirnya bisa mentahbiskan orang Lewi–yang memang dikhususkan untuk melayani ibadah–sebagai tanda penyertaan dan perkenanan TUHAN.
Ini contoh orang yang sesat, yang keblinger karena berasumsi dan meyakini bahwa pikiran/perbuatannya berasal dari TUHAN dan semua peristiwa “kebetulan” merupakan indikasi perkenanan/persetujuan/berkat TUHAN. Tanpa peduli bahwa apa yang dilakukan itu berbeda bahkan melanggar hukum TUHAN dan kebenaran firman TUHAN. Itu bukan perkenanan TUHAN; itu adalah penyesatan Iblis dan dia sudah termakan oleh siasat Iblis.
Penerapan:
Tidak mempercayai/meyakini bahwa ide/gagasan/dorongan/keinginan maupun peristiwa-peristiwa “kebetulan” sebagai hal yang berasal dari Tuhan; kecuali apabila sesuai dengan prinsip kebenaran firman Tuhan dan ada konfirmasi dari saudara-saudara seiman yang lain, supaya tidak termakan tipu daya Si Jahat dan menjadi sesat.
Views: 746