Harta Tuhan dalam Bejana Tanah Liat

Hakim-hakim 15:18-20

Ketika seorang jumawa dan merasa bangga atas suatu kemenangan atau prestasi, saat itu ia masuk jebakan untuk direndahkan TUHAN; sebab TUHAN bisa dengan sangat mudah membuka matanya dan menyatakan bahwa kemenangan itu bukan dari dirinya sendiri, tetapi dari TUHAN. Simson merasa bangga atas kemenangannya membunuh 1000 orang Filistin: “Dengan rahang keledai itu kuhajar, dengan rahang keledai seribu orang kupukul” (ayat 16). Dan saat itu juga keringkihannya dinyatakan.

Dan baru saja ia membanggakan diri dan tidak memuji TUHAN atas kemenangannya, TUHAN memperlihatkan betapa ringkihnya ia! Simson menjadi sangat haus–mau mati–dan ia tak berdaya untuk mengatasi kehausannya itu. Barulah saat itu ia berseru kepada TUHAN: “Oleh tangan hamba-Mu ini telah Kauberikan kemenangan yang besar itu, masakan sekarang aku akan mati kehausan dan jatuh ke dalam tangan orang-orang yang tidak bersunat itu!” (ayat 18). Simson mengakui bahwa kemenangan besar itu adalah pemberian dari TUHAN. Dan sekarang ia memohon agar TUHAN tidak membiarkannya mati kehausan dan jatuh ke tangan musuh.

TUHAN, Allah yang penuh kemurahan dan belas kasihan. Ia tidak membiarkan orang pilihannya–sebrengsek apapun dia–ketika orang itu mengakui kedaulatan TUHAN dan berseru memohon pertolongan kepada-Nya. Secara ajaib, TUHAN membelah liang batu–yang kering–di situ, dan dari sana keluarlah air. Maka Simson minum dan menjadi kuat dan segar kembali (ayat 19).

Sekalipun seseorang memiliki kekuatan luar biasa–ia tidak boleh lupa bahwa itu berasal dari Tuhan; dan ia tetap harus ingat bahwa ia, sebagai manusia, memiliki kelemahan dan keterbatasan. Ia bukan Tuhan yang Mahakuasa dan Tak Terbatas. Ingatan ini penting dipelihara, agar orang–yang diberi kemampuan khusus oleh Tuhan untuk mengerjakan misi-Nya–tidak menjadi sombong dan merasa mampu dengan dirinya sendiri sehingga tidak mengingat dan melibatkan Tuhan.

Penerapan:
Terus mengingat bahwa diri saya adalah manusia yang terdiri dari darah dan daging, sehingga memiliki keterbatasan dan kelemahan; supaya tidak sombong dan merasa mampu dan bersikap mengandalkan diri sendiri, melainkan dengan rendah hati mengakui bahwa Tuhan sumber kekuatan dan keberhasilan, sehingga hidup bergantung kepada Tuhan.

Views: 6

This entry was posted in Hakim-hakim, Perjanjian Lama, Saat Teduh. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *