Mengembalikan Cinta yang Mula-mula

Hakim-hakim 10:6-16

Orang Israel beribadah kepada berbagai macam allah lain: para Baal dan para Asytoret; para allah orang Aram, Sidon, Moab, bani Amon, dan Filistin. Tetapi TUHAN ditinggalkan mereka dan kepada Dia mereka tidak beribadah. Orang Israel bisa menyembah bermacam-macam allah, tetapi tidak mau menyembah TUHAN–yang adalah Allah satu-satunya, yang sudah mengasihi mereka, yang sudah menebus mereka, dan yang sudah terbukti setia kepada mereka.

Apa yang menyebabkan mereka bisa tertarik kepada banyak allah, tetapi tidak tertarik kepada TUHAN? Mereka kehilangan kasih yang mula-mula kepada TUHAN–“You have left your first love” (Wah. 2:4). Kasih kepada Tuhan tidak lagi membara seperti ketika pertama jatuh cinta–di mana semua yang lain itu kelihatan tidak menarik, dan hanya kepada Tuhan saja mereka berhasrat. Dan bagi TUHAN itu masalah yang paling mendasar: “Kamu telah meninggalkan aku … pergi sajalah … kepada para allah yang telah kamu pilih itu” (ayat 10-14).

Mengapa kasih yang mula-mula itu tidak terpelihara? Karena Israel membiarkan bangsa-bangsa itu masih hidup di sekitar mereka, sehingga mereka melihat ibadah mereka, dan menjadi tertarik, dan kemudian terpikat untuk mengikutinya–bangsa-bangsa itu menjadi jerat yang setiap saat berpotensi untuk menggoda dan membuat mereka lupa kepada TUHAN, maka TUHAN tidak lagi menghalau bangsa-bangsa itu (Hak. 2:2).

Kedua, ketika memang realitas yang ada adalah jerat/godaan itu tidak akan pernah lenyap, orang Israel tidak menjaga relasi/ibadah mereka kepada TUHAN. TUHAN mengijinkan lingkungan yang buruk itu tetap ada untuk “mencobai … apakah mereka tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN” (Hak. 2:22). Jadi, sekalipun ada berbagai godaan di sekitar, kalau saja orang Israel memelihara cara hidup menurut firman TUHAN, mereka akan tetap bisa memelihara kasih dan kesetiaan mereka kepada TUHAN.

Cinta yang membara kepada Tuhan akan memotivasi orang untuk memiliki cara hidup yang mengekspresikan cinta itu. Dan sebaliknya, cara hidup/disiplin ketaatan itu dipakai untuk memelihara cinta di dalam hati agar tetap menyala dan tidak menjadi redup atau padam. Ketika orang masih memberi ruang untuk meng-entertain tawaran/kemungkinan mengejar perkara selain Tuhan, maka ia sedang membahayakan komitmennya kepada Tuhan. Demikian juga ketika ia mulai tidak menjaga/memelihara cara hidup berdasar firman Tuhan, maka ia sedang membahayakan api cintanya kepada Tuhan.

Dan inilah janji TUHAN–karena kasih-Nya yang besar kepada umat-Nya! Ketika orang Israel mulai menjauhkan para allah asing dari tengah-tengah mereka, dan mulai beribadah kepada TUHAN lagi, “maka TUHAN tidak dapat lagi menahan hati-Nya melihat kesukaran mereka” (ayat 16). Melihat niat umat-Nya untuk kembali kepada-Nya, hati TUHAN tidak tahan untuk tetap berdiam dan tak peduli! Ini pengharapan bagi orang percaya: hati TUHAN tidak tahan untuk tidak berbelas kasihan kepada umat-Nya yang datang dengan pertobatan.

Penerapan:
(1) Tidak lagi memberi ruang untuk memikirkan kemungkinan bersama orang lain; tidak lagi mengijinkan diri untuk memandang/mengagumi orang lain.
(2) Mendisiplin diri untuk hanya memandang dan mengagumi pasangan anugerah Tuhan; memprioritaskan waktu untuk bersama, mengungkapkan penghargaan dan kasih, dan melayani dia saja.
(3) Bersyukur dan meyakini janji Tuhan, berdasarkan sifat-Nya, bahwa Ia akan memulihkan keadaan, ketika saya datang dengan pertobatan dan niat untuk menghidupkan dna memelihara cinta yang semula.

Views: 16

This entry was posted in Hakim-hakim, Perjanjian Lama, Saat Teduh. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *