Keseimbangan hidup: pengetahuan dan kasih

1 Korintus 8:1-13

[Yet mere] knowledge causes people to be puffed up (to bear themselves loftily and be proud), but love (affection and goodwill and benevolence) edifies and builds up and encourages one to grow [to his full stature]. (1 Cor 8:1b – Amp.)

Ketika pengetahuan–sebenar apapun dan selengkap apapun pengetahuan itu–tidak diimbangi dengan kasih, maka ia akan menjadi sumber kesombongan, merendahkan orang lain, dan menjadi batu sandungan bagi orang lain. Pengetahuan yang disertai/diwarnai/dikuasai dengan kasih akan mengedifikasi, membangun, dan menjadi berkat bagi orang lain.

Sikap/perilaku orang berpengetahuan banyak/luas namun tidak dikuasai oleh kasih:

  • Pamer pengetahuan: selalu ingin menunjukkan bahwa ia tahu sesuatu, bahwa ia mengerti semua jawaban atas persoalan, selalu ingin menjawab/menjelaskan. Sulit untuk diam dan mendengarkan–selalu harus merasa berpendapat.
  • Merendahkan orang lain yang dianggap bodoh atau tidak berpengetahuan–kalaupun hendak menolong untuk memberi tahu, cara memberitahunya membuat orang lain jadi merasa sangat dan semakin bodoh.
  • Tukang mengkritik, tukang mengecam, tukang mengolok-olok orang lain; mencari kesalahan pada pikiran atau pendapat orang lain; kata-kata yang kasar/sarkastis/menyakitkan hati saat menunjukkan ‘kelemahan’ atau ‘kebodohan’ orang lain.
  • Sulit atau tidak mau mendengarkan pendapat orang lain; tidak mau disalahkan; tidak pernah mau mengakui ketidaktahuan; tidak mau dikoreksi dan dibetulkan–karena merasa bahwa ia memiliki semua pengetahuan, dan ia yang selalu dalam posisi yang benar. Tidak mau terbuka kepada pendapat/pikiran yang berbeda, apalagi yang bertentangan dengan pendapat/pikirannya.
  • Berpusat pada diri sendiri: tidak peduli kepada perasaan dan keadaan orang lain. Tidak bertenggang rasa dan tidak menjaga perasaan orang lain–sering kali dengan memakai dalih: ini masalah memegang prinsip kebenaran.

Saya harus mengakui, semua sikap/perilaku yang ada di dalam daftar di atas itu adalah sikap/perilaku saya. Menunjukkan, sekalipun saya (merasa) kaya pengetahuan, namun saya sangat miskin dengan kasih. Sikap saya (terutama) kepada mahasiswa bimbingan saya yang saya nilai tidak pandai, sangat kentara menunjukkan betapa saya tidak punya kasih kepada mereka.
Saya harus belajar untuk bersikap ramah dan melayani mereka. Saya harus melajar mengendalikan kata-kata saya, supaya ketika saya mengajari atau membimbing atau menjelaskan sesuatu, cara saya bicara tidak membuat mereka merasa direndahkan atau membuat mereka merasa bodoh.

Tolonglah agar pengetahuan saya dikuasai dan dikendalikan oleh kasih-Mu. Agar pengetahuan yang adalah pemberian-Mu itu kepada saya tidak menjadi kutuk, namun menjadi berkat bagi orang lain.

Views: 7

This entry was posted in 1 Korintus, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *