Lukas 23:1-7
Sanhedrin telah memutuskan bahwa Tuhan Yesus bersalah karena mengaku sebagai Mesias, Anak Allah–itu dianggap sebagai tindakan menghujat Allah, dan pantas untuk mendapat hukuman mati. Menurut Hukum Musa, orang yangterbukti menghujat Nama TUHAN harus dihukum mati dengan cara dilempari batu oleh seluruh jemaat (Ima. 24:16). Tetapi, para pemimpin Yahudi tidak mau melakukan itu, melainkan membawa Tuhan Yesus ke pengadilan Romawi.
Bisa jadi para pemimpin Yahudi itu masih takut kepada orang banyak, yang mempercayai Tuhan Yesus adalah seorang nabi sehingga Tuhan Yesus sangat populer di antara mereka. Karena itu mereka meminjam tangan pemerintah Romawi untuk membunuh Tuhan Yesus. Akan tetapi, sesungguhnya rencana Allah yang bekerja, sebab Allah telah menubuatkan bahwa Mesias akan diserahkan oleh pemimpin Agama kepada bangsa yang tidak mengenal Allah (Mat. 20:19).
Para pemimpin agama Yahudi memnghadapkan Tuhan Yesus kepada Pilatus, dan menunduhkan berbagai kejahatan–yang berbeda dari keputusan dalam sidang Sanhedrin, karena mereka tahu “menghujat Allah” itu adalah masalah agama, dan tidak bisa dituntut di pengadilan Romawi. Maka mereka membuat tuduhan-tuduhan yang berbeda: menghasut rakyat agar tidak membayar pajak, mengangkat diri sebagai raja menyaingi Kaisar, menghasut rakyat di seluruh Yudea dan Galelia [untuk memberontak?] (ayat 2,5).
Pilatus memeriksa fakta-faktanya, dan ia tidak menemukan bukti apapun dari tuduhan-tuduhan itu: “Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini.” (ayat 4). Secara hukum yang berlaku pada waktu itu, tidak ada kesalahan atau kejahatan yang bisa ditemukan atau dibuktikan pada diri Tuhan Yesus. Sehingga seharusnya Pilatus bisa memerintahkan agar Tuhan Yesus dibebaskan. Tetapi, Allah telah menetapkan bahwa Anak Domba Allah harus dikorbankan pada hari itu. Kehendak Allah lebih tinggi daripada hukum buatan manusia.
Pilatus tidak mau menjatuhkan hukuman publik kepada orang yang tidak bersalah. Tapi ia juga melihat bahwa para pemimpin Yahudi itu begitu kuat keinginannya untuk membinasakan Tuhan Yesus. Maka ketika ia mendengar Tuhan Yesus adaah orang Galilea, ia melihat peluang untuk cuci tangan. Ia memerintahkan agar Tuhan Yesus dihadapkan kepada Raja Herodes, penguasa Galelia.
Penerapan:
Rencana Allah pasti terjadi–apapun situasi atau kondisi yang ada–against all odds–kehendak-Nya akan tergenapi. Orang tidak bisa menghindar, hanya bisa menjalani. Pilihannya: menjalani dengan terpaksa dan dalam pemberontakan, atau menjalani di dalam ketundukan dan penyerahan kepadaNya.
Views: 42