Kasih Tuhan di Tengah Pengkhianatan Manusia

Lukas 22:47-53

Kejadian berlangsung sangat cepat. Ketika Yesus masih berbicara memberi nasihat kepada 3 murid-Nya, datanglah serombongan orang membawa pedang dan pentung (Mat. 26:47). Mereka adalah sepasukan prajurit dan penjaga Bait Allah yang disuruh oleh para pemimpin Agama Yahudi untuk mengangkap Yesus (Yoh. 18:3,12). Mereka mengikuti Yudas yang menjadi petunjuk jalan (ayat 47).

Yudas mendekati Yesus, memberikan salam dan mencium-Nya (ayat 47). Salam dan ciuman Yudas bukanlah tanda hormat atau kasih, melainkan tanda pengkhianatan, sebab Yudas sudah mengatur kode itu dengan rombongan penangkap Yesus: “Orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkaplah Dia” (Mat. 26:48). Tindakan Yudas mewakili semua kepalsuan yang dihidupanya selama ini. Salam dan ciuman yang merupakan simbol kasih dan persahabatan digunakan sebagai kode untuk menangkap Tuhan Yesus. Yudas tidak dengan terang-terangan menunjuk atau menuduh Tuhan Yesus, tetapi masih menutupi pengkhianatannya dengan tindakan yang seolah bersahabat.

Siapa yang sedang bersusaha dikelabuinya? Tuhan Yesus? Dia sudah tahu sejak awal tentag pengkhianatan Yudas. Para tentara? Mereka tahu bahwa itu kode untuk pengkhianatannya. Murid-murid yang lain? Mereka kemudian juga tahu bahwa Yudas adalah pengkhianat. Yudas masih berusaha menipu dirinya sendiri? Menutupi pengkhianatan dengan tindakan persahabatan? Sampai titik ini, Yudas masih berusaha untuk menipu semua orang, untuk menyembunyikan kejahatannya.

Hal yang sama dilakukan oleh para pemimpin Yahudi. Mereka tidak berani menangkap Yesus secara terang-terangan di tengah orang banyak, sebab mereka takut kepada reaksi publik yang mengagumi Tuhan Yesus (ayat 53). Mereka mengambil jalan sembunyi-sembunyi, diam-diam dalam kegelapan malam untuk melakukan niatnya. Seperti siasat yang mereka nantiya juga lakukan dalam usaha mereka untuk mencegat Paulus (Kis. 23:12-15)–usaha yang digagalkan oleh Tuhan!

Orang jahat akan menggunakan kelicikannya, tetapi Tuhan melindungi umat-Nya; umat-Nya akan diserahkan ketika memang Tuhan menghendaki-Nya. Di luar itu, apapun upaya orang fasik, mereka tidak akan berhasil. Tuhan Yesus menyatakan bahwa para peimpin agama Yahudi bisa menangkap Dia karena memang Tuhan sudah menetapkan hal itu para waktu-Nya (ayat 53).

Di tengah pengkhianatan yang menimpa-Nya, Tuhan Yesus menunjukkan hati yang mengasihi. Pertama, Ia menunjukkan kasih kepada Yudas, dengan masih memanggil Yudas dengan sebutan “Teman” (Mat. 26:50), dan menegor kejahatannya. Kedua, Ia menunjukkan kasih-Nya kepada para murid yang lain, karena Ia mengatakan agar hanya Dia saja yang ditangkap, dan meminta murid-murid-Nya dibiarkan pergi (Yoh. 18:8). Ketiga, Ia mau menyembuhkan telinga hamba Imam Besar yang putus karena sabetan pedang Simon, padahal orang itu bagian dari rombongan yang menangkap-Nya (ayat 50, Yoh. 18:10). Keempat, tindakan penyembuhan itu juga melindungi Simon–yang melakukan kekerasan bersenjata–sehingga ia tidak turut ditangkap.

Penerapan:
Di dunia ini, orang percaya sangat mungkin untuk mengalami pengkhianatan–datangnya bisa tak terduga. Akan tetapi, Tuhan melihat segala sesuatu dan Ia yang melindungi umat-Nya.
Apapun siasat orang yang berniat jahat kepadamu, serahkanlah hidupmu ke dalam tangan penjagaan Tuhan Allahmu. Ia melihat dan mengetahui segala sesuatu, dan hanya mengijinkan sesuatu terjadi ketika itu ada di dalam kehendak-Nya.

Views: 8

This entry was posted in Lukas, Perjanjian Baru, Saat Teduh. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *