Lukas 22:54-62
Tuhan Yesus ditangkap dan dibawa ke rumah Imam Besar (Kayafas). Petrus mengikuti dari jauh. Dalam catatan Yohanes, Petrus bisa masuk ke halaman rumah Imam Besar karena dibawa oleh Yohanes, yang mengenal Imam Besar (Yoh. 18:16). Di tengah-tengah halaman rumah itu, orang memasang api unggun dan mereka duduk mengelilinginya. Sementara Imam Besar mulai menanyai Tuhan Yesus mengenai murid-murid dan ajaran-Nya, Petrus duduk di tengah-tengah orang di sekitar api unggun. Proses penyangkalan sudah dimulai.
Mengapa Petrus ada di sana? Apakah rasa ingin tahunya begitu besar untuk melihat apa yang akna terjadi pada Gurunya? Ataukah ia ingin membuktikan komitmennya bahwa ia akan mengikut Tuhan Yesus sekalipun dipenjara dan mati bersama-sama dengan Dia (Luk. 22:33). Tetapi, betapa tindakannya berbeda dengan ucapan komitmennya! Ketika berkomitmen, ia berkata dengan tegas membantah nubuat Tuhan Yesus, tetapi sekarang, ketika situasi tidak menguntungkan, Petrus diam-diam dan sembunyi-sembunyi mengikuti Tuhan Yesus.
Petrus–sengaja atau tidak–menempatkan dirinya sendiri di dalam posisi dan situasi untuk jatuh! Dia pergi dan duduk di antara orang-orang yang menangkap Tuhan Yesus di tempat di mana Tuhan Yesus sedang diinterogasi. Petrus merasa aman, merasa yakin tidak ada insiden apapun yang akan dihadapinya. Petrus di dalam kekalutan dan temperamennya yang spontan, mengambil resiko, berjudi dengan nasibnya: merasa yakin tidak akan terjadi apa-apa, merasa yakin tidak akan ada bahaya.
Keyakinan akan diri sendiri dan akan situasi yang salah–mengandalkan perasaan dan perhitungan sendiri, melupakan peringatan Tuhan Yesus akan potensi penyangkalan dan kejatuhannya. Merasa kuat, merasa situasi bisa dikendalikan–sehingga tidak mengindahkan peringatan Tuhan. Petrus tidak mengenal dirinya sendiri, tidak mengenal kepengecutannya sendiri, tidak menyadari potensinya untuk jatuh. Maka, jatuhlah dia! “ Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!” (1 Kor. 10:12). Merasa kuat, lupa akan peringatan Tuhan, lalu mengambil resiko–maka, jatuhlah dia!
Ketika Petrus sedang mengucapkan kata-kata penyangkalan yang ketiga, berkokoklah ayam. Lalu–di tengah pengadilan yang sedang dialami-Nya–Tuhan Yesus berpaling dan memandang Petrus (emblepo: to look in the face, fix the eyes upon, stare at). Tidak hanya melihat, tetapi Tuhan Yesus memandang dengan mata terfokus kepada wajah Petrus. Pandangan Tuhan Yesus bertemu dangan mata Petrus, dan saat itu Petrus teringat akan peringatan: bahwa ia akan menyangkal Tuhan Yesus tiga kali.
Pandangan mata Tuhan Yesus, suara ayam berkokok, dan ingatan kepada peringatan Tuhan Yesus tentang penyangkalannya, merupakan tegoran yang sangat keras bagi Petrus. Begitu menusuk hatinya, sehingga ia tidak tahan berada di situ, di bawah pandangan Tuhan Yesus. Maka Petrus pergi keluar dan menangis dengan kesedihan yang sangat besar (ayat 62). Tetapi, kesedihan itu menjadi awal bagi pemulihan Petrus. Kesedihan karena dosa, kesadaran bahwa telah jatuh dan membawa kesedihan, adalah indikator pertobatan.
Penerapan:
Bersyukur untuk ketekunan Tuhan dalam mengingatkan saya dan menegor saya akan dosa saya. Memandang ingatan saya atau pengingatan orang lain tentang dosa yang pernah saya lakukan itu sebagai bentuk perhatian dan pertolongan Tuhan untuk membuat saya sungguh-sungguh menyesali dan bertobat dari dosa saya.
Views: 17