Berlindung Kepada Tuhan di Dalam Pencobaan

Lukas 22:39-46

Semua orang menghadapi pencobaan–sejak manusia pertama hingga Anak Manusia. Di Taman Eden, manusia dicobai Iblis dan jatuh; mengakibatkan seluruh keturunannya, yaitu semua umat manusia berada di bawah kuasa dosa dan terpisah dari persekutuan dengan Tuhan. Di Taman Getsemane, Anak Manusia mengalami pencobaan dan pergumulan yang paling berat: apakah Ia mau tunduk kepada kehendak Bapa-Nya dengan meminum cawan murka Allah–demi menyelamatkan seluruh umat manusia.

Di Taman Eden, pencobaan bagi Adam adalah: janji memperoleh sesuatu–yaitu pengetahuan yang menyamai Allah. Di Taman Firdaus, pencobaan bagi Yesus–Sang nak Manusia–adalah: ancaman untuk mengalami penderitaan yang paling berat, untuk mengalami keterpisahan dengan Bapa, untuk menjadi korban/tumbal bagi penebusan dosa manusia–penderitaan fisik yang tiada taranya, penderitaan psikologis yang paling berat, dan penderitaan spiritual yang tertinggi. Keduanya sama-sama dihadapkan pada pilihan: apakah mau tunduk kepada Tuhan atau tidak.

Di Eden, manusia hanya berkomunikasi dengan si Ular, sama sekali tidak bertanya atau berlari kepada Tuhan, melainkan menggunakan pertimbangannya sendiri. Dan hasilnya adalah: kejatuhan. Di Getsemane, Anak Manusia tersungkur di hadapan Bapa-Nya: berdoa dengan sangat keras–memohon agar kalau boleh, kalau ada jalan lain, Bapa mengijinkan Ia tidak perlu menanggung penderitaan. Dalam pergumulan-Nya itu, sikap dasar yang dimiliki-Nya adalah: “tetapi bukan kehendak-Ku, melinkan kehendak-Mulah yang terjadi” (ayat 42).

Nasihat-Nya kepada murid-murid yang menemani-Nya: “Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan” (ayat 46). Dalam catatan Matius, Yesus memberikan alasan mengapa harus berjaga dan berdoa: “roh memang penurut, tetapi daging lemah” (Mat. 26:41). Simon sedang titampi oleh si Iblis–dan kalau kemudian ia tidak gugur imannya–seperti Yudas–itu karena Tuhan Yesus sudah mendoakannya agar imannya tetap teguh, walaupun ia mengalami kejatuhan.

Berdoa sungguh-sungguh menghadapi pencobaan tidak hanya untuk mencegah agar jatuh di dalam dosa, tetapi juga agar iman tetap teguh, sekalipun sempat mengalami kegagalan. “Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana.” (Ams. 24:16). Semuanya karena anugerah-Nya! Iman yang mula-mula itu berasal dari Tuhan, niat untuk taat yang tulus itu juga berasal dari Tuhan, kekuatan dan jalan keluar berasal dari Tuhan, dan pemulihan dan kebangkitan dari kejatuhan juga adalah pekerjaan Tuhan: “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.” (Fil. 2:13).

Penerapan:
Saya tidak tahu apa yang akan saya hadapi di hari-hari ke depan. Saya tidak tahu tantangan, persoalan, pencobaan, dan godaan apa yang terhampar di jalan yang akan saya lalui. Tetapi ini yang saya tahu: saya tidak akan bisa bertahan dengan kekuatan saya sendiri. Saya mutlak memerlukan anugerah-Mu, belas kasihan-Mu, dan kekuatan-Mu.
Karena itu, saat ini saya menyerahkan hidup saya ke dalam tangan-Mu, saya bersembunyi di bawah naungan sayap-Mu. Hanya di dalam Engkau, Tuhan, saya bisa selamat dan bertahan. Tolonglah saya untuk percaya dan tunduk kepada pimpinan-Mu.

Views: 20

This entry was posted in Lukas, Perjanjian Baru, Saat Teduh. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *