Lukas 22:35-38
Tuhan Yesus memerintahkan murid-murid untuk membawa pundi-pundi uang dan bekal. Dan agar membawa pedang–begitu pentingnya pedang ini, sehingga Tuhan Yesus berkata bahwa kalau tidak punya pedang, mereka harus menjual jubah mereka untuk membeli pedang (ayat 36). Perintah yang aneh–malam-malam menyuruh membeli pedang. Figurative speech, menunjukkan pentingnya pedang itu dimiliki.
Tetapi, sebelum memberikan perintah itu, Tuhan Yesus lebih dahulu bertanya kepada merid-murid: apakah mereka kekurangan dan terlantar ketika mereka diutus pergi tanpa bekal sama sekali. Dan dijawab oleh mereka bahwa mera sama sekali tidak berkekurangan–semua kebutuhan mereka tercukupi (ayat 35). Ini artinya perintah membawa pundi-pundi, bekal, dan pedang itu bukan dalam rangka untuk mencukupi kebutuhan–sebab tanpa itu semua, Tuhan sanggup memelihara mereka.
Lalu apa alasannya? Karena tindakan itu untuk menggenapi nubuat Kitab Suci mengenai Mesias: “Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak” (Yes. 53:12). Salah satu ciri pemberontak adalah: melakukan perlawanan dengan senjata kepada otoritas. Beberapa jam kemudian, di taman Getsemane, salah satu murid akan menggunakan pedang itu untuk mencoba melawan–memotong telinga pelayan Imam Besar. Mengkonfirmasi bahwa Yesus dianggap sebagai pemberontak.
Semua tindakan Tuhan Yesus selaras dengan rencana Allah. Tuhan Yesus memahami dengan detil nubuat-nubuat yang telah disampaikan Allah mengenai Mesias, dan Ia bertindak berdasar nubuat-nubuat itu, sebagai konfirmasi dan validasi bahwa Dialah Mesias yang telah dijanjikan oleh Allah kepada umat-Nya. Ini mirip dengan peristiwa ketika Tuhan Yesus masuk ke Yerusalem dengan menunggang keledai–simbol dan validasi nubuat Allah tentang Mesias.
Seberapa besar keterlibatan, atau “kesengajaan” seseorang untuk bertindak–agar tidakannya cocok/menggenapi nubuat Allah? Kebanyakan tindakan yang dilakukan itu “tanpa sengaja”, dalam arti tidak dengan sengaja dirancang untuk memenuhi nubuat; tetapi di dalam ketidaktahuan–atau karena kebutuhan/situasi tertentu–seseorang bertindak, dan ternyata tindakan itu mengkonfirmasi nubuat Allah. Apa bedanya dengan keputusan untuk tetap tinggal–sekalipun bisa memilih untuk pindah karena mendengar janji Tuhan?
Ada yang tidak bisa dipahami, ada yang bisa dinalar menggunakan pemikiran. Tetapi, yang terpenting adalah: janji/nubuat Tuhan itu tetap, tidak akan berubah, pasti akan terjadi! “Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya; itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi; Allah berbuat demikian, supaya manusia takut akan Dia.” (Pkh. 3:14). Apakah tanpa sengaja–bahkan dalam pemberontakan kepada Tuhan–atau dengan penuh kesadaran karena tahu kehendak Allah, tindakna manusia akan menggenapi rencana-Nya!
Penerapan:
Karena rencana/kehendak Tuhan itu kekal dan pasti terjadi–tidak bisa ditambah, dikurangi, atau dihindari, maka posisi yang terbaik adalah: tunduk untuk berada di dalam kehendak/rencana-Nya. If God is sovereign, then we’re left with one alternative: just trust [and obey] Him (Stanley D. Toussaint).
Views: 42