Morfologi Kejatuhan dalam Pencobaan

Lukas 22:31-34

Fakta bahwa “di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh. 15:5) tergambar jelas pada bagian ini. Setelah menegor para murid tentang cara berpikir merka yang duniawi mengenai kedudukan dan kekuasaan dan mengajar mereka bahwa Tuhan menghendaki hati dan sikap seorang hamba, Tuhan Yesus menyatakan bahwa para murid tidak sekuat yang mereka pikirkan.

Dalam Injil yang lain, dicatat bahwa setelah Tuhan Yesus menubuatkan pengkhianatan oleh salah satu dari 12 murid-Nya, Ia juga menyatakan bahwa malam itu iman semua murid akan tergoncang karena penangkapan-Nya. Dan respons Simon Petrus adalah: biarpun semua murid yang lain tergoncang, tetapi ia tidak akan tergoncang (Mat. 26:33). Secara khusus Tuhan Yesus mengatakan bahwa Petrus akan terguncang, tetapi ia akan dtolong untuk insaf dari kejatuhannya (ayat 32).

Petrus tidak mau menerima perkataan Tuhan Yesus yang menunjukkan kelemahan dan potensi kejatuhannya. Ia merasa yakin bahwa ia kuat dan akan mampu bertahan atas semua goncangan. Bukankah Tuhan Yesus sendiri yang memberi nama Petrus (batu karang) kepadanya? Maka ia membantah Tuhan Yesus dengan mengatakan bahwa ia bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Dia (ayat 33).

Tuhan Yesus makin memperjelas dan mempertegas nubuat-Nya tentang kejatuhan Petrus, bahkan Ia menyatakan sampai spesifik waktu peristiwa itu akan terjadi dan berapa kali Petrus akan melakukan penyangkalan atas relasinya dengan Tuhan Yesus (ayat 34). Mendengar ini, Petrus bukannya reda, tetapi semakin kuat membantah bahwa ia tidak akan melakukan apa yang dinubuatkan Tuhan Yesus (Mar. 14:31).

Petrus tidak sedang berbohong. Ia sungguh-sungguh dan tulus mau memegang imannya, dan ia yakin bahwa imannya itu iman yang kuat. Ini masalah Petrus: Pertama, ia memang tidak sedang berbohong, tetapi ia sedang ditipu oleh dirinya sendiri–merasa kuat. Ia lupa, bahwa yang memperingatkannya adalah Tuhan Yesus–yang memiliki pengetahuan dan hikmat Illahi, yang mengenal isi hati orang, dan yang mengerti rencana Allah Bapa.

Kedua, ia tidak menyadari–sekalipun sudah dikatakan oleh Tuhan Yesus–bahwa ada kuasa atau realitas di luar dirinya, yaitu Iblis, yang bekerja aktif untuk menjatuhkan. “Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum” (ayat 31). Iblis yang telah selalu melawan dan menjatuhkan manusia selama ribuan tahun, Iblis yang telah mencobai Tuhan Yesus di awal pelayanan-Nya. Kelak, Petrus akan menulis kepada jemaat agar sadar dan berjaga-jaga sebab: “Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” (1 Pet. 5:8).

Ketiga, kekuatan manusia–siapapun dia–tidak akan cukup untuk menghadapi tantangan/pencobaan. Kalaupun Petrus akhirnya bisa “selamat” dari pencobaan Iblis, itu semata-mata karena pertolongan Tuhan: “tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur” (ayat 32). Hanya karena Tuhan Yesus sudah berdoa untuk murid-murid supaya iman mereka tidak gugur maka mereka tidak dihabisi oleh si Iblis. Benarlah doa ini harus terus naikkan: “janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.” (Mat. 6:13).

Tuhan tahu semua strategi atau rencana Iblis untuk menjatuhkan umat-Nya. Tuhan tahu bahwa umat-Nya–di dalam dirinya sendiri–tidak memiliki kekuatan untuk bisa menang. Tuhan tahu hanya dengan kekuatan dan pertolongan dari-Nya umat Tuhan bisa menang atas pencobaan. Karena itu Tuhan memberikan jaminan kemenangan: tidak membiarkan pencobaan melebihi kekuatan umatnya, dan memberikan jalan keluar sehingga umaty-Nya dapat menanggung dan menang (1 Kor. 10:13).

Penerapan:
Dengan fakta seperti itu, peringatan bagi setiap orang percaya adalah: jangan merasa kuat, jangan merasa mampu–seperti kesalahan yang dilakukan Petrus: “So, if you think you are standing firm, be careful that you don’t fall!” (1 Kor. 10:12-NIV). Tetapi teruslah berjaga (sadar, waspada, janganterloena atau lengah) dan berdoa mohon pertolongan dan kemenangan Tuhan atas pencobaan.

Views: 41

This entry was posted in Lukas, Perjanjian Baru, Saat Teduh. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *