Lukas 22:24-30
Sulit untuk bisa memahami cara berpikir dan isi hati para murid ini. Baru saja Tuhan Yesus mengatakan bahwa salah satu di antara mereka akan berkhinat–dan mereka mulai mempersoalkan (suzeteo: investigate jointly, discuss) siapa yang akan melakukannya (ayat 23), sekarang mereka bertengkar tentang siapa di antara mereka yang dianggap paling besar (meizon: tertua dalam pengertian sebagai pemimpin, terkemuka, layak memimpin yang lain)–ayat 24. Apakah ini cara berpikir yang normal atau manusiawi?
Satu hal yang jelas: ini menunjukkan bahwa fokus perhatian pra murid adalah kepada diri sendiri: “Bukan aku yang akan menyerahkan Yesus”, “Akulah yang lebih layak untuk menjadi pemimpin dibanding orang lain”. Manusia tidak pernah berubah–sifat manusia berdosa tidak pernah berubah, Sekarangpun–terutama di masa pergantian kepemimpinan–sifat itu terus muncul: “Siapa yang berkhianat? Siapa yang menyeberang? Siapa yang licik dan berkonspirasi?” dan “Si A atau Si B itu memenuhi syarat dan layak” atau “Aku lebih layak dipilih daripada semua orang”. Ujungnya: rasa bangga kalau dipilih, kemarahan dan sakit hati ketika tidak dipilih!
Tuhan Yesus mengajar murid-murid untuk mengubah cara berpikri merka dari duniawi menjadi berpikir dengan tata nilai Illahi. Pertama, Tuhan Yesus mengkonfirmasi bahwa cara berpikir itu adalah cara berpikir duniawi: (1) siapa yang paling hebat/juar, dia yang layak menjadi pemimpin; (2) pemimpin dunia akan memerintah–memakai kekuasan untuk menyuruh/memerintah orang lain melakukan sesuai kehendaknya (ayat 25).
Kedua, Tuhan Yesus mengatakan bahwa tata nilai Kerajaan Allah itu berbeda bahkan bertentangan dengan tata nilai dunia: “Tetapi kamu tidak demikian” (ayat 26). Dalam Kerajaan Allah: siapa yang terbesar/terkuat/terlayak hendaklah menjadi sebagai yang termuda (kebalikan dari tetua/elders), dan siapa yang menjadi memimpin hendaklah bersikap sebagai pelayan (ayat 26).
Tuhan Yesus memberikan contoh tindakan yang baru saja dilakukannya kepada murid-murid dalam makan malam itu. Dalam tata nilai dunia, orang yang duduk makan itu lebih besar daripada pelayan, tetapi malam itu Tuhan Yesus bertindak sebagai pelayan mereka–membasuh kaki murid satu persatu (Yoh. 13:4-5). Tuhan Yesus, yang adalah Guru mereka dan Sang Mesias, merendahkan Diri untuk melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan hamba/pembantu rumah tangga.
Ketiga, Tuhan Yesus menyatakan bahwa di dunia ini mereka harus merendahkan diri sebagai pelayan–sama seperti Tuhan Yesus; dan nanti di Kerajaan Allah mereka akan ditinggikan–mereka akan diberi hak-hak dalam Kerajaan Allah, mereka akan makan dan minum semeja dengan Tuhan Yesus di dalam Kerajaan-Nya, dan mereka akan duduk di atas takhta untuk menghakimi 12 suku Israel (ayat 28-30). Posisi kemuliaan itu akan diberikan–nanti di Kerajaan Sorga. Tapi sekarang, di dunia ini, para murid harus menjadi hamba bagi orang lain.
Penerapan:
(1) Meminta hati seorang hamba, yang rela merendahkan diri dan melayani orang lain
(2) Berlaku ramah dan helpful kepada mahasiswa dan semua orang yang ditemui setiap hari–di rumah, di kampus, dan di tempat yang lain.
Views: 24