Kasih Tuhan kepada Si Keras Hati

Lukas 22:21-23

Ketika orang sudah mengeraskan hatinya di dalam dosa, bahkan teguran atau peringatan yang paling jelaspun tidak akan didengarkan, atau akan dimaknai secara berbeda. Tuhan Yesus mengatakan bahwa orang yang akan mengkhianati-Nya duduk semeja makan bersama Dia malam itu (ayat 21), dan semua murid–atau minimal 11 murid, karena Yudas sudah tahu bahwa Yesus menunjuk dirinya–bertanya-tanya siapa orangnya (ayat 23).

Betapa saya beryukur bahwa ketika Tuhan menegor, Roh Kudus menggelisahkan hati saya begitu kuat; di mana sebelumnya–di dalam kekerasan hati saya–saya masih berpura-pura tidak tahu, atau meyakinkan diri sendiri bahwa tegoran itu bukan untuk saya, atau bahwa tegoran itu tidak menunjuk kepada dosa saya. Tetapi, karena belas kasihannya, Tuhan membuat saya tidak tahan dan akhirnya mulut saya terbuka untuk mengakui dosa saya dan memohon pengampunan.

Sekalipun Tuhan Yesus sudah tahu Yudas sudah mengkhianati-Nya dan akan menyerahkan-Nya, tetapi Tuhan Yesus masih mengasihinya, masih membasuh kakinya sebagaimana 11 murid yang lain (Yoh. 13:5). Tuhan Yesus juga tidak menyebut nama Yudas sebagai pengkhianat di depan murid-murid yang lain. Tuhan Yesus menyimpan rahasia pengkhianatan Yudas–dan selama ini sama sekali tidak ada tanda yang menunjukkan bahwa ia adalah pengkhianat, sampai 11 murid yang lain, yang setiap hari bersama tidak mengetahuinya.

Betapa menakutkannya dosa itu–ia bisa menguasai seseorang dan bisa membuat orang itu kehilangan hati nurani, sehingga bisa bersikap dan berperilaku wajar, tanap menunjukkan indikasi apapun. Titik di mana bahkan hati seseorang sudah tidak lagi merasa bersalah, tidak lagi menuduh diri sendiri–sehingga bisa menjalani hidupnya setiap hari dengan tanpa beban dan bahkan bisa “dengan tulus” mengerjakan aktivitas keagamaan. Diperlukan uluran tangan Tuhan untuk menjamah hatinya sehingga tersadar; seperti si anak bungsu yang menyadari keadaannya (Luk. 14:17)

Tuhan masih memberi kesempatan untuk bertobat, sejahat apapun dosa seseorang–Iblis yang memprovokasi dengan mengatakan bahwa masih ada jalan keluar untuk menunda pertobatan, atau semakin mengeraskan hati dengan mengatakan bahwa semua sudah terlanjur, tidak ada jalan balik, tidak ada jalan keluar lagi–sehingga mendorong orang untuk terus melanjutkan perjalanan dosanya kepada garis batas murka Tuhan–karena Iblis sangat membenci manusia dan ia adalah pembunuh manusia sejak semula (Yoh. 8:44).

Penerapan:
Mengucap syukur kepada Tuhan untuk kasih-Nya, untuk belas kasihan-Nya, untuk kemurahan-Nya, untuk kesabaran-Nya, untuk anugerah-Nya–sehingga Tuhan tidak membiarkan saya binasa dalam kekerasan hati saya, tetapi menolong sayauntuk menyadari dosa saya, dan menolong saya untuk bertobat.

Views: 13

This entry was posted in Lukas, Perjanjian Baru, Saat Teduh. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *