Kasih Allahku Sungguh Telah Terbukti

Lukas 22:14-20

Bagi Tuhan Yesus, makan malam Paskah kali ini adalah yang sangat penting. Karena ini adalah makan Paskah terakhir yang dilakukan-Nya bersama dengan murid-murid. Selain itu, pada makan malam Paskah itu juga Tuhan Yesus memulai sebuah ritual untuk mengingat-Nya ketika Ia sudah tidak lagi berada bersama murid-murid-Nya: bahwa tubuh dan darah-Nya diserahkan bagi murid-murid-Nya.

Pertama, Tuhan Yesus menyatakan bahwa Ia sangat merindukan (epithumia: to desire geratly, strong desire, longing, lust)–ayat 15. Bukan rindu kepada sesuatu yang jauh secara jarak atau waktu, tetapi lebih tepat sangat menginginkan. Kata ini biasanya dipakai untuk mengambarkan keinginan/nafsu yang sangat besar dalam konotasi negatif. Sehingga penggunaan kata itu oleh Lukas mewakili perasaan Tuhan Yesus yang sangat ingin makan Paskah bersama murid-murid.

Mengapa sangat menginginkan makan malam Paskah? Dan mengapa sangat menginginkan melakukannya bersama murid-murid-Nya? Alasannya: karena ini akan menjadi makan malam Paskah terakhir bagi Tuhan Yesus di bumi ini (ayat 16)–yang artinya Tuhan Yesus segera akan tidak bersama bersama–Tuhan Yesus tidak akan merayakan bersama murid-murid di Paskah tahun berikutnya. Ia ingin melakukan sesuatu yang sangat penting bersama murid-murid untuk terakhir kalinya!

Ketika seseorang ingin bersama orang lain untuk melakukan sesuatu yang berharga pada akhir hidupnya, itu menunjukkan apa? Itu menunjukkan bertapa pentingnya para murid bagi Tuhan Yesus, betapa Ia mengasihi dan menghargai mereka. Sehingga Tuhan Yesus memilih untuk melakukan Paskah–simbol karya keselamatan Tuhan bagi manusia, yang adalah tujuan kedatangan Tuhan Yesus ke dunia ini–bersama mereka pada saat terakhir hidup-Nya di dunia ini.

Murid-murid menjadi orang-orang yang paling penting bagi Tuhan Yesus. Ini mengingatkan pada sebuah insiden:ketika keluarga-Nya datang untuk menemuinya, Tuhan Yesus membuat statement: “Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?” Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.” (Mat 12:46-50).

Kedua, Tuhan Yesus memulai sebuah perjanjian yang baru bagi umat Tuhan (ayat 20), dimulai dengan para murid-Nya. Perjanjian yang selama ini ada antara Tuhan dengan Abraham dengan simbol sunat, yang kemudian kepada bangsa Israel di jaman Musa di Sinai dengan Hukum Tuhan dan ritual ibadah/persembahan korban–yang adalah simbol dari karya keselamatan Mesias ketika Ia datang. Dan sekarang, Sang Mesias sudah datang, maka Ia memulai sebuah perjanjian yang baru.

Simbol yang digunakan adalah roti dan anggur. Roti dipecah-pecahkan untuk mengingat tubuh Tuhan Yesus yang diserahkan bagi umat Tuhan (ayat 19)–menggenapi simbol pada perjanjian lama, di mana tubuh hewan korban dipotong-potong untuk dibakar di altar. Anggur dituang ke dalam cawan untuk mengingat darah Tuhan Yesus yang ditumpahkan (ayat 20)–menggenapi lambang darah domba yang dioleskan di ambang pintu menjelang keluar dari Mesir–untuk diluputkan dari kematian; dan darah yang dituang dalam cawan, dipercikkan kepada bangsa Israel di Sinai.

Semua ritual keagamaan Israel–khususnya ritual persembahan korban binatang sudah diakhiri dengan pengorbanan tubuh Anak Domba Allah di kayu salib! Pada saat kematian Tuhan Yesus, tirai pembatas Bait Allah terkoyak menjadi dua; sekitar 40 tahun kemudian (70 M), bangunan Bait Allah akan dihancurkan sama sekali–sehingga tidak ada lagi infrastruktur untuk melakukan ritual perjanjian lama!

Sesuai perintah Tuhan Yesus dalam malam Paskah itu (ayat 19), orang percaya perjanjian baru melakukan ritual perjamuan kudus bukan untuk melakukan ritual pengorbanan tubuh dan darah Tuhan Yesus–itu sudah selesai sekali untuk selamanya di Golgota, tetapi untuk mengingat kematian Tuhan Yesus sebagai Anak Domba Allah yang dikorbankan sebagai penebus dosa manusia.

Penerapan:
(1) Terus mengingat kasih Tuhan kepada saya, yang ditunjukkan dengan kematian Tuhan Yesus bagi saya, supaya saya mendapat pengampunan dosa dan keselamatan kekal.
(2) Tekun bertumbuh dalam ketaatan melakukan kehendak Tuhan, agar saya mengalami relasi dengan Tuhan yang semakin intim dan dalam–seperti Tuhan Yesus dengan murid-murid-Nya.

Views: 724

This entry was posted in Lukas, Perjanjian Baru, Saat Teduh. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *