Kesabaran Tuhan, Kekerasan Hati Manusia

Lukas 20:9-19

Berhadapan langsung dengan para pemuka agama dan pemimpin Yahudi, di Bait Allah yang merupakan pusat kehidupan keagamaan Yahudi, disaksikan oleh orang banyak yang sedang menyongsong perayaan tertinggi agama Yahudi yaitu Paskah, Tuhan Yesus membongkar kedok kesalehan para ulama, menunjukkan betapa hati mereka sebenarnya menentang atau menolak Tuhan.

Tuhan Yesus menggunakan perumpamaan seorang pemilik kebun anggur, yang mengutus hamba-hambanya untuk menagih hasil panen para pekerja sewaan (petani penggarap). Para pekerja itu jahat, mereka bukan saja menolak memberikan bagi hasil panen yang menjadi hak Pemilik Kebun, tetapi mereka juga mengusir dan menganiaya hamba-hamba yang diutus. Akhirnya, Sang Pemilik mengirim anaknya sendiri, dengan harapan para pekerja itu akan segan. Tetapi justru pekerja-pekerja itu membunuh anak itu dengan niat merebut hak kebun itu (ayat 9-15).

Di bagian akhir perumpamaan Tuhan Yesus–yang sudah menggambarkan betapa sabar dan murah hatinya Sang Pemilik Kebun menghadapi kelicikan dan kejahatan para pekerja upahan itu–melontarkan pertanyaan retoris: Apa yang layak dilakukan oleh Sang Pemilik Kebun kepada para pekerja itu? Jawabannya: Ia akan datang, membinasakan para pekerja jahat itu, dan menyerahkan kebun anggurnya kepada pekerja-pekerja yang lain (ayat 15-16).

Ketika mereka yang mendengar kalimat terakhir Tuhan Yesus bahwa kebun anggur akan diserahkan kepada pekerja lain–yang ditafsirkan sebagai orang bukan Yahudi, bukan umat Tuhan, bukan bangsa pilihan Allah–mereka, para ulama itu, menolak! Mengatakan: Itu tidak boleh atau tidak akan terjadi! (ayat 16). Ini menambah kebencian mereka kepada Tuhan Yesus yang berani mengatakan bahwa Tuhan akan menolak mereka sebagai bangsa pilihan, dan akan memanggil bangsa-bangsa lain–yang bagi orang Yahudi setara dengan anjing!

Tuhan Yesus menjawab penolakan mereka dengan memandang mereka dengan tajam dan mengutip Mazmur 118:22–Ia–yang digambarkan sebuah batu–ditolak oleh para tukang, tetapi Allah menjadikan Dia sebagai Batu Penjuru (cornerstone: the rock upon which the weight of the entire structure rests)–sebagai Mesias, fondasi umat Tuhan yang baru. Dan Mesias akan megalahkan semua pihak yang menolak atau menentang-Nya (ayat 17-18).

Para ulama dan pemimpin Yahudi, sadar bahwa perumpamaan itu tentang mereka–sekalipun mungkin orang banyak tidak memahaminya–menjadi sangat tersinggung dan marah, sehingga mereka ingin menangkap atau menyerang Tuhan Yesus pada saat itu juga! Tetapi, mereka tidak berani melakukannya karena takut kepada orang banyak yang ada di situ (ayat 19).

Ada beberapa prinsip kebenaran di dalam bagian Firman Tuhan ini: (1) kasih, kesabaran dan belas kasihan Tuhan kepada umat yang terus menolak-Nya–Tuhan terus berusaha memanggil kembali, berulang kali, dengan segala cara–sampai Ia memberikan Anak-Nya secagai cara terakhir meyelamatkan umat yang berdosa; (2) orang yang menolak panggilan/pernyataan Tuhan akan menjadi semakin jahat dan semakin tenggelam dalam dosa, kejahatan yang dilakukan akan semakin berat, sampai pada titik merek atidak bisa lagi bertobat karena kekerasan hatinya; (3) rencana Tuhan pasti akan terlaksana, dan orang-orang yang menentang pasti akan dikalahkan-Nya.

Penerapan:
Meminta hati yang terbuka dan tidak keras untuk menerima tegoran atau pengajaran Tuhan–melalui siapapun atau cara apapun: supaya tidak bersikap defensif, membenarkan diri, tersinggung/sakit hati, dan marah sehingga menolak kasih Tuhan dalam bentuk tegoran itu.

Views: 21

This entry was posted in Lukas, Perjanjian Baru, Saat Teduh. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *