Lukas 20:1-8
Selama minggu menjelang Paskah itu, Tuhan Yesus setiap hari datang ke Bait Allah dan mengajar dan memberitakan Injil di sana (ayat 1). Ini menjadi konfrontasi terbuka Tuhan Yesus dengan para pemuka agama dan pemimpin Yahudi–Ia sudah secara demonstratif, di tengah orang banyak, membersihkan Bait Allah–yang berarti menampar muka mereka. Mereka datang kepada Tuhan Yesus dengan pertanyaan/perdebatan dan jebakan untuk mendapat alasan menangkap dan membinasakan-Nya.
Disaksikan orang banyak, imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, dan tua-tua Yahudi bertanya kepada Tuhan Yesus: darimana Tuhan Yesus mendapat kuasa atau wewenang/otoritas untuk melakukan apa yang telah dilakukan-Nya, secara khusus tindakan-Nya membersihkan Bait Allah dari para pedagang: “Siapa yang memberikan kuasa (exousia: authority, jurisdiction, wewenang, dasar hukum) itu kepada-Mu!” (ayat 2). Mereka merasa merekalah yang memiliki otoritas itu, dan sekarang menggugat Tuhan Yesus karena melanggar atau melangkahi kekuasaan/wewenang mereka.
Tuhan Yesus tidak mau menjawab pertanyaan itu, justru Ia balik mengajukan pertanyaan kepada mereka: darimana kuasa/wewenang Yohanes untuk membaptis orang banyak, itu dari Sorga atau hanya inisiatif manusia (ayat 3-4). Tuhan Yesus tahu, bahwa mereka bertanya bukan untuk mencari informasi, melainkan untuk menjebak-Nya; maka sekarang ia membalikkan situasi dengan mengajukan pertanyaan yang akan menjebak mereka.
Para pemimpin Yahudi itu berunding di antara mereka sendiri, dan mereka sadar merka berada di posisi yang sulit–apapun jawaban mereka, mereka akan kedapatan ada di posisi yang salah/lemah. Orang-orang yang hatinya jahat, yang tidak mau menerima kebenaran, yang hanya berusaha menyelamatkan muka, yang tidak mau kalah ini akhirnya mengambil jalan yang menurut mereka paling aman: mereka mengatakan bahwa tidak tahu dari mana baptisan Yohanes berasal (ayat 5-7)
Dan mereka terjebak dengan jawaban ini–karena Tuhan Yesus menggunakan jawaban mereka untuk tidak menjawab pertanyaan yang sebelumnya mereka ajukan (ayat 8). Mereka tidak bisa menuntut Tuhan Yesus untuk menjawab pertanyaan mereka, sebab mereka dihakimi dengan sikap mereka sendiri, yang tidak mau menjawab pertanyaan Tuhan Yesus. Dan itu berarti kredibilitas mereka turun di mata orang banyak–mereka “kalah” berdebat dengan Tuhan Yesus. Orang banyak juga bisa melihat bahwa mereka licik dan tidak mau mengakui kekalahan.
Para pemimpin Yahudi ini tidak percaya kepada Yohanes Pembaptis; dan karena Yohanes Pembaptis adalah utusan yang mendahului kedatangan Mesias; dan dengan jelas ia memproklamirkan bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Domba Allah (Yoh. 1:29, 36); maka para pemimpin ini juga menolak Tuhan Yesus. Hati yang sudah memutuskan untuk tidak mau terbuka dan menerima kebenaran–akan selalu berkelit, mencari alasan, mencari pembenaran sendiri, dan tidak jujur kepada kebenaran.
Penerapan:
Meminta hati yang terbuka kepada kebenaran, meminta hati yang tidak sombong sehingga tidak mau kalah dan bersikap tidak jujur ketika berhadapan dengan kebenaran.
Views: 21