Lukas 19:45-48
Tuhan Yesus di Yerusalem, pada minggu terakhir menjelang kematian-Nya. Dia berada di pusat kehidupan umat Tuhan, pusat keagamaan–Bait Allah. Semua proses yang telah berjalan sejak kelahiran-Nya, pekerjaan-Nya selama sekitar 3 tahun, pengajaran dan pelatian kepada murid-murid, ketenaran dan pengaruh-Nya pada orang banyak, menuju ke titik puncaknya pada minggu ini.
Setibanya di Yerusalem, hal pertama yang dilakukan Tuhan Yesus adalah: masuk ke Bait Allah dan mulai mengusir semua pedagang di situ (ayat 45). Tindakan ini untuk mentahirkan Bait Allah, mengembalikan Bait Allah pada sifat dan fungsi yang sejati: “Rumah-Ku adalah rumah doa” (ayat 46). Para ulama dan umat Tuhan sudah mencemari Bait Allah sehingga bukan lagi menjadi tempat menyembah Tuhan, tetapi menjadi tempat kejahatan (sarang penyamun). Tuhan Yesus pernah melakukan penyucian Bait Allah, tetapi para ulama dan umat Tuhan kembali mengotorinya dengan praktik keagamaan yang palsu–dan sekarang kembali Tuhan Yesus melakukan penyucian, sebelum kematian-Nya.
Setiap orang percaya adalah Bait Allah: “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (1 Kor 3:16). Pertanyaan yang harus saya jawab: apakah hidup saya adalah hidup yang menyembah Allah, ataukah hidup saya seperti sarang penyamun yang melakukan berbagai kejahatan? Tuhan Yesus perlu lakukan pembersihan dan pentahiran atas Bait Allah, maka Tuhan juga harus melakukan pembersiahan dan petahiran terus-menerus atas hidup saya.
Setelah menyucikan Bait Allah setiap hari Tuhan Yesus datang ke Bait Allah untuk mengajar Setiap pagi Tuhan Yesus pergi ke Bait Allah, dan seharian Ia mengajar orang banyak di sana. Kemudian pada malam hari, Ia keluar dari kota Yerusalem untuk bermalam di Bukit Zaitun (Luk 21:37). Dalam catatan Injil Markus (11:11), Tuhan Yesus dan keduabelas murid-Nya bermalam di Betania–kemungkinan besar di rumah Marta (Yoh. 11:18-20).
Ada dua respons terhadap Tuhan Yesus: Pertama, orang banyak terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia (ayat 48)–tidak hanya penduduk Yerusalem, tetapi juga semua orang yang saat itu datang untuk merayakan Paskah, termausk orang asing (Yoh. 12:20-21). Ketenaran Tuhan Yesus karena pengajaran-Nya dan mujizat-Nya; ditambah dengan cara kedatangan-Nya ke Yerusalem yang merepresentasikan kehadiran Mesias–ditambah eforia perayaan Paskah–menjadi faktor membuat orang banyak tertarik kepada Tuhan Yesus.
Kedua, Imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat beserta orang-orang terkemuka (para pemimpin) Yahudi membenci Tuhan Yesus dan ingin membinasakan atau membunuh-Nya. Kebencian dan serangan kepada Tuhan Yesus itu sudah lama dan makin memuncak. Niat untuk membunuh itu juga sudah timbul (Yoh. 5:18). Bukan saja karena Tuhan Yesus sering mengecam kemunafikan mereka, tapi terutama karena mereka menilai Tuhan Yesus adalah pelanggar Hukum Taurat dan seorang penghujat Allah–karena menyatakan Diri-Nya adalah Allah.
Kedua respons itu pada akhirnya akan bersatu: baik pemimpin agama Yahudi dan orang banyak akhirnya menyerahkan Tuhan Yesus untuk disalibkan. Ada pemimpin/penguasa yang membenci dan ingin membunuh Tuhan Yesus, ada orang banyak yang sebenarnya tidak memiliki iman yang benar, tetapi emosional, dangkal, serta mudah dipengaruhi/diprovokasi. Kedua kategori ini menolak Sang Mesias. Hanya para murid sejati–yang sekalipun bisa dan sempat tergoncang imannya–akan tetap setia mengikut Tuhan.
Penerapan:
(1) Meminta Tuhan untuk terus mentahirkan dan menyucikan hati saya dari kecemaran; agar dosa saya tidak menjadi penghambat pekerjaan Tuhan atas hidup saya.
(2) Meminta Tuhan memberikan dan membangun iman yang teguh di dalam hati saya–yang tidak mudah diprovokasi oleh berbagai pengajaran dan pendapat orang, tetapi yang memegang erat kebenaran Tuhan.
Views: 4