Lukas 14:12-14
Motivasi orang untuk berbuat kebaikan itu penting di hadapan Tuhan. Motivasi menentukan upah atau balasan apa yang akan diterima seseorang. Orang harus memilih untuk menerima upah aau balasan dari manusia, atau dari Tuhan. Kebahagiaan sejati diterima oleh mereka yang menerima basalan perbuatan baiknya dari Tuhan.
Dari bagian ini, bisa diidentifikasi motivasi tuan rumah mengadakan perjamuan makan: (1) ia sedang membalas undangan teman-teman dan kerabatnya yang kaya–yang pernah mengundangnya; (2) ia “menghutangi” para undangannya, supaya mereka membalas dengan mengundangnya balik. Kemungkinan ada motivasi yang ke-3: menaikkan status sosialnya, karena mengadakan pesta dengan mengundang orang-orang kaya.
Tuhan Yesus menyatakan bahwa: apabila motivasinya adalah untuk memperoleh balasan dari kebaikan yang dilakukan, maka kebaikan itu tidak bernilai di hadapan Tuhan–dalam kesempatan lain, Tuhan Yesus menggunakan ungkapan: “mereka sudah mendapat upahnya” (Matius 6:2). Tindakan kebaikan itu tidak memiliki nilai kekal, dan tidak diperhitungkan oleh Tuhan sebagai kebaikan.
Karena itu, Tuhan Yesus memerintahkan agar orang melakukan kebaikan atau kemurahan hati kepada mereka yang miskin, cacat, lumpuh, dan buta–yaitu golongan orang-orang yang tidak akan mampu untuk membalas kebaikan dengan tindakan kebaikan yang sama.
Berbahagialah orang yang melakukan kebaikan kepada mereka yang tidak mempunyai apa-apa untuk membalas (ayat 14). Karena Tuhan sendiri yang akan membalas dengan memberikan kebaikan-Nya pada hari kebangkitan orang-orang benar. Kebaikan yang sejati dan murni akan dicatat dan diperhitungkan oleh Tuhan sebagai “prestasi” pada hari pengadilan-Nya nanti.
Penerapan:
Berdoa meminta hati yang penuh kasih dan kemurahan kepada orang lain yang tidak mampu. Berdoa meminta hati yang dimurnikan dari motivasi panjat sosial dan motivasi memperoleh balasan/keuntungan dari tindakan kemurahab/kebaikan kepada orang lain.
Views: 4